Senin, 02 Januari 2012

RESENSI BUKU


I.          IDENTITAS BUKU
Judul                    :    Pengantar Teori Perencanaan Pendidikan Berdasarkan Pendekatan Sistem
No. ISBN            :    979-9246-12-1 
Penulis                 :    Endang Soenarya, Dr
Editor                  :    Drs. Udan Kusmawan, M.A.
                                 Drs. Sugeng Bayu W., M.Si. 
Penerbit               :    Adicita Karya Nusa
Tahun Terbit        :    2000
Jumlah Halaman  :    146
Harga Buku         :   Rp.20.000,-

II.          RIWAYAT PENULIS
Dr. Endang Soenarya, lahir 16 April 1938 di Kampung Ragadiem, Desa Cinta, Garut, Jawa Barat. Staf pengajar pada Jurusan Administrasi Pendidika dan Program Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta ini menyelesaikan pendidikan doktor pada tahun 1995 di Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Negeri Jakarta.
Berbagai training dan studi banding di dalam maupun di luar negeri pernah ia jalani, antara lain Training for Educational Evaluation pada Economics Development Institute (EDI) World Bank di Washington D.C. Amerika Serikat (1971), Training for Educational Planning Specialist pada Internasional Institute for Educational Planning Management, UNESCO di Paris (1975), dan Sekolah Staf Pimpinan Administrasi (SESPA) (1978). Ia juga pernah mengikuti studi banding mengenai masalah pendidikan, antara lain ke Inggris, Skotlandia, Rumania, Belanda, Thailand, Filipina, dan Korea Selatan.
Selama berkarier di dunia pendidikan, ia pernah menduduki jabatan sebagai Sekretaris Inspektorat Jenderal Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1989-1995) dan terakhir menjadi Direktur Sarana Pendidikan (Mei 1995-April 1998). Ia pernah menerima dua penghargaan dari Presiden Republik Indonesia, yaitu Satya Lencana Karya Satya Kelas II (1990) dan Lencana Karya Satya 30 Tahun (1995).

III.          PENDAHULUAN
Perencanaan sebagai fungsi organik dalam manajemen, merupakan bagian integral dari fungsi-fungsi organik lainnya di dalam manajemen. Kegiatan perencanaan juga memerlukan masukan instrumental. Tujuan pendidikan pada hakikatnya merupakan pengejawantahan dari berbagai aspek kehidupan.
Fungsi pendidikan sangat erat kaitannya dengan tujuan pendidikan. Tujuan dan fungsi pendidikan akan menentukan pendekatan-pendekatan yang akan digunakan dalam kegiatan perencanaan pendidikan.
Sistem pendidikan bersifat terbuka, dimana terjadi interaksi dinamik antara sistem pendidikan dengan berbagai sistem yang berada di luarnya. Dalam rangka mencapai tujuan dan fungsi pendidikan, perlu adanya penyusunan rencana pendidikan yang memperhatikan 3 hal, yaitu: karakteristik sistem pendidikan, pandangan terhadap sistem pendidikan, dan kecenderungan masa depan.
Dalam hal ini timbul sebuah pertanyaan mengenai “pendekatan perencanaan sistem pendidikan yang bagaimanakah, yang dapat mengakomodasi tujuan, fungsi, sasaran, karakteristik, pandangan, dan kecenderungan yang mungkin terjadi di masa depan?
Didasarkan pada kontansi tersebut, maka mulailah dikembangkan suatu model pendekatan perencanaan sistem pendidikan yang bersifat sistemik, analitik, dan sistematik. Salah satu pendekatan yang diperkirakan memiliki cirri-ciri tersebut adalah pendekatan sistem. Pada resensi buku inilah akan dibahas secara singkat mengenai “Perencanaan Pendidikan Berdasarkan Pendekatan Sistem”.
IV.          RESENSI
BAB II
KONSEP, ANALISIS, DAN PENDEKATAN SISTEM

A.  Konsep Sistem
Sistem adalah seperangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas. Adapun klasifikasi sistem terdiri atas: Pertama, sistem yang berstruktur statis atau tingkatan yang berbentuk kerangka; kedua, sistem dinamis sederhana yang ditetapkan sebelumnya, sistem ini dapat diumpamakan seperti cara kerja sebuah jam; ketiga, sistem sibernetik (cybernetic) atau nama panggilannya sistem termostat-sistem ini secara otomatis memelihara keseimbangannya sendiri; keempat, sistem terbuka; kelima, sistem genetik seperti tumbuh-tumbuhan; keenam, sistem hewani; ketujuh, sistem insani sebagai makhluk  hidup; kedelapan, sistem sosial atau sistem kehidupan sosial; dan kesembilan, sistem transendental.
Di dalam suatu sistem yang kompleks seperti sistem sosial termasuk di dalamnya sistem pendidikan, kejelasan hierarki atau struktur sistem sangat penting. Sesuatu dapat dinamakan sistem bila terjadi hubungan atau interrelasi dari interdependensi baik internal maupun eksternal antarsubsistem. Interaksi, interrelasi, interdependensi itu disebut hubungan internal. Bila interaksi, interrelasi, dan interdependensi itu terjadi antarsistem, hubungan itu disebut hubungan eksternal. Hubungan antarsubsistem atau antarkomponen dimana hubungan itu terjadi dengan sendirinya dan tergantung dari subsistem/komponen lain, hubungannya itu disebut hubungan deterministik.
Pengaruh yang menunjang, memperkuat, mempercepat fungsi perubahan atau pertumbuhan suatu sistem atau subsistem, maka hubungan itu disebut hubungan fungsional. Sebaliknya, bila akibat dari hubungan itu menimbulkan pengaruh yang menghambat atau mencegah, maka hubungan itu disebut disfungsional.
Pada dasarnya sistem hanya terdiri atas dua jenis, yaitu sistem tertutup dan sistem terbuka. Sistem tertutup didalam proses kerjanya tidak dipengaruhi oleh lingkungannya, sedangkan sistem terbuka didalam proses kegiatannya memperoleh masukan atau berhubungan secara dinamik dengan sistem yang lain diluar lingkungan sistemnya. Lingkungan suatu sistem merupakan pembeda antara satu sistem dengan sistem yang lain.
Untuk dapat memahami secara lebih mendalam mengenai konsep lingkungan yang merupakan batas suatu sistem, perlu dipahami konsep interfase. Konsep interfase adalah suatu konsep yang menggambarkan persatuan atau pertemuan antara satu sistem dengan sistem yang lain. Makin terbuka suatu sistem seperti sistem pendidikan, makin banyak wilayah persentuhannya.
Konsep terpenting yang harus dipahami dalam membicarakan konsep sistem adalah konsep entropy. Entropy adalah suatu istilah yang  menggambarkan suatu keadaan yang tidak teratur dalam suatu sistem. Melalui istilah entropy dapat dipahami kemampuan dan keterbatasan suatu sistem dalam mencapai fungsi dan tujuannya.
B.  Analisis Sistem
Analisis sistem adalah cara berpikir berdasarkan teori umum sistem (General System Theory). Kajian analisis sistem ditujukan untuk menghindari berbagai kesalahan yang berskala besar dan memberikan atau menyampaikan suatu daftar pilihan kepada pengambil keputusan yang menggambarkan berbagai ramuan keefektifan perincian biaya untuk dijadikan pertimbangan dalam menetukan pilihan. Analisis sistem berupaya mendesain pemecahan masalah baru dari memperluas jangkauan berbagai alternatif dan melakukan pemilihan alternatif terbaik dari berbagai alternatif yang telah ditentukan.
Analisis sistem merupakan suatu metode yang sangat mendasar untuk memahami hubungan sistem dengan lingkungannya. Dalam penegrtian umum analisis sistem merupakan pedoman berpikir yang menyajikan suatu kerangka kerja yang dapat digunakan oleh metode analisis yang lain.

C.  Pendekatan Sistem
Pendekatan sistem merupakan desain metodologi, kerangka kerja konseptual, metode ilmiah baru, teori keorganisasian, sistem manajemen, metode rekayasa riset operasi, dan metode untuk meningkatkan efisiensi biaya serta metode untuk menerapkan teori umum sistem.
Sebagai desain metodologi, pendekatan sistem merupakan alat bantu bagi para pengambil keputusan dengan cara mempertimbangkan semua permasalahan yang berkaitan dengan keputusan yang akan diambilnya, sedangkan pendekatan sistem sebagai kerangka konseptual bertujuan untuk mencari berbagai persamaan dan berbagai kecenderungan fenomena yang ada dengan menggunakan analisis multidisiplin.
Pada Tabel 2.1 dapat dilihat persandingan antara metode ilmiah yang sudah sejak lama ada dengan pendekatan sistem sebagai paradigma metode ilmiah yang baru.
Tabel 2.1 persandingan metode ilmiah yang Sudah Sejak Lama Digunakan oleh Masyarakat Ilmuwan dengan Pendekatan Sistem sebagai Metode Ilmiah Baru.
No.
Metode Ilmiah
Pendekatan Sistem Sebagai Metode Ilmiah
1.
Merupakan paradigma berpikir yang mempunyai landasan ontologis, epistemologis, dan aksiologis
Merupakan paradigma berpikir yang mempunyai landasan ontologis, epistemologis, dan aksiologis
2.
Dalam proses kegiatannya mempergunakan logika deduktif dan induktif
Dalam proses kegiatannya mempergunakan logika deduktif dan induktif
3.
Merupakan cara berfikir untuk memecahkan masalah
Merupakan cara untuk memecahkan masalah
4.
Bersifat atomistik
Bersifat holistik
5.
Bersifat analitis, berorientasi pada pemecahan masalah sampai tuntas
Bersifat analitis, sistematik, dan sistemik berorientasi pada kebijaksanaan
6.
Berorientasi pada proses
Berorientasi pada pengeluaran
7.
Penerapannya ditujukan kepada hal-hal yang lebih bersifat teknis
Penerapannya ditujukannya kepada hal-hal yang lebih bersifat kompleks dan rumit
8.
Dalam organisasi sering digunakan untuk keputusan para pelaksana
Dalam organisasi sering digunakan untuk para pengambil keputusan
9.
Proses kegiatannya terdiri atas:
a.       Perumusan masalah
b.      Penyususnan kerangka berpikir
c.       Perumusan hipotesis
d.      Pengujian hipotesis
e.       Penarikan kesimoulan
Proses kegiatannya terdiri atas:
a.       Perumusan masalah
b.      Penelitian
c.       Penilaian
d.      Penelaahan
e.       Pemeriksaan
f.       Pelaksanaan
10.
Bersifat vertikal
Bersifat horizontal

Pemeliharaan keseimbangan lingkungan hidup berarti memellihara siklus kehidupan dan untuk menjaga siklus kehidupan sejak lama sudah dikenal salah satu cabang ilmu yang sifatnya multidisiplin, yaitu ilmu tentang lingkungan hidup atau ekologi. Salah satu hukum dasar dari ekologi, yaitu segala sesuatu yang berkaitan dengan segala sesuatu. Segala sesuatu berjaitan dengan segala sesuatu itu merupakan salah satu konsep dasar pendekatan sistem.
Pengembangan konsep Planning-Programming-BudgetingSystem (PPBS) merupakan contoh yang sangat penting pada penerapan pendekatan sistem dalam proses perencanaan dan pelaksanaan suatu program.




BAB III
PERENCANAAN PENDIDIKAN

A.  Tinjauan Historis
Konsep dasar perencanaan pendidikan telah dikenal sejak bangsa Sparta melancarkan sistem pendidikan yang ditujukan untuk membentuk manusia Sparta guna kepentingan pembangunan di bidang militer, sosial dan ekonomi 25 abad yang lalu.
Pada masa dinasti Han di dataran Cina, dan pada masa peradaban Inca di Peru telah dilakukan penyusunan atau suatu perencanaan pendidikan. Ketika itu Comenius telah menyusun suatu kerangka dasar organisasi dan administrasi sekolah yang bersifat terpusat.
Pada abad ke 18 telah ditemukan berbagai karya yang berkaitan dengan rencana pendidikan, dan yang paling terkenal yaitu perencanaan Universitas di Rusia. Setelah perang dunia ke 1, Rusia dalam rencana pembangunan lima tahun 1 (1923) merupakan negara pertama yang menerapkan konsep perencanaan pendidikan. Setelah perang dunia ke 2, timbul berbagai pergolakan sosial dan ledakan penduduk yang tidak terduga. Sementara sumber-sumber makin langka. Beberapa negara di Eropa mulai memandang bahwa perencanaan pendidikan itu penting.
Pada tahun 1951, Prancis membentuk komisi perencanaan untuk pembangunan sekolah. Universitas pengetahuan dan seni. Sejak tahun 1950 dan seteusnya beberapa negara yang baru memperoleh kemerdekaan mulai menerapkan perencanaan pendidikan sebagai instrumen untuk meningkatkan pembangunan penddikannya.
Mulai tahun 1956-1965 telah dilakukan berbagai konfrensi, seminar, dan lokakarya baik pada tingkat internasional, regional, maupun nasional. Sebagai tindak lanjut dari konfrensi Santisgo di Chilli yang diikuti dengan seminar di Washington, diadakan suatu study tentang hubungan antara pendidikan dan ekonomi. Konfrensi Karachi telah menghasilkan rencana kerja pembangunan pendidikan di wilayah Asia yang kemudian melahirkan Karachi Plan.
Konfrensi Tokyo diberi mandat oleh Konfrensi Karachi untuk meninjau balik bebagai kemajuan dan kesulitan-kesulitan dalam pelaksanaan Karachi Plan dan laporan studi pendidikan. Selanjutnya diadakan konfrensi Bangkok, dalam konfrensi ini tersebut direkomendasikan suatu draft pembangunan di negara-negara Asia.
Dalam perkembangannya di negara Indonesia, Enoch mengemukakan bahwa gema isu perencanaan pendidikan sampai di Indonesia sekitar tahun 1968, yaitu dengan dilaksanakannya suatu Proyek Penilaian Nasional Pendidikan (PPNP). Hasil PPNP telah menarik perhatian UNESCO/UNDP, yang pada akhirnya mereka bersedia membantu Indonesia untuk mengembangkan perencanaan pendidikan.
B.  Tinjauan Konsepsional
Sebagaimana telah diutarakan pada tinjauan historis bahwa sampai dengan tahun 1960-an, perencanan pendidikan belum mendapatkan perhatian secara luas. Namun setelah dua dasawarsa, konsep perencanaan pendidikan dalam konteks pembangunan sosial dan ekonomi mulai mendapatkan pengakuan secara luas.
Konsep prencanaan pendidikan merupakan suatu konsep yang bersifat eklitik yang diramu dari berbagai disiplin ilmu, terutama dari konsep dan metode perencanaan ekonomi yang sudah lama berkembang. Tujuan dan fungsi pendidikan menrupakan pangkal tolak dalam perencanaan pendidikan.
1.      Sudut Pandang dalam Perencanaan
Ada empat kategori utama dalam tradisi perencanaan. Keempat tradisi itu masing-maing adalah penganut filsafat sintetis, penganut filsafat rasionalisme, penganut perkembangan organisasi dan penganut empirisme.
2.      Proses Perencanaan
Kunci utama kegiatan perencanaan adalah proses perencanaan itu sendiri. Proses perencanaan adalah suatu cara pandang yang logis mengenai apa yang ingin dilakukan, bagaimana cara melakukannya, dan bagaimana cara mengetahui apa yang dilakukannya. Proses perencanaan adalah proses yang dapat membantu dalam pengambilan keputusan.
Aplikasi konsep sistem atau pendekatan sistem terhadap perencanan didasarkan pada pandangan atau pendapat bahwa perecanaan merupakan suatu proses yang bersifat terbuka, dimana setiap kegiatan mempunyai hubungan yang bersifat suksesif, integratif, interdepensi antara suatu kegiatan dengan kegiatan lainnya. Bersifat suksesif karena setiap keluaran dari suatu kegiatan akan merupakan masukan bagi kegiatan berikutnya.
3.      Pembabakan Perencanaan
a.       Perencanaan Jangka Panjang
Perencanaan Jangka Panjang atau perencanaan strategi adalah merupakan suatu proses pemilihan tujuan, penentuan kebijakan, strategi, sasaran, dan program untuk mencapai tujuan jangka panjang. Perencanaan jangka panjang pada hakikatnya mengaitkan tiga jenis rencana sekaligus, yaitu rencana jangka panjang itu sendiri, rencana jangka menengah, rencana jangka pendek.
Perencanaan jangka panjang memiliki tiga karakteristik yaitu :
1)      Bersifat studi perkiraan tentang masa depan.
2)      Merupakan suatu perencanaan untuk mencapai tujuan yang ideal dan perkembangan masyarakat yang fundamental dimasa depan.
3)      Bersifat indikatif.
b.      Perencanaan Jangka Menengah
Perencanaan jangka menengah merupakan suatu siklus yang efektif dan efisien. Dalam perencanaan jangka menengah atau perencanaan lima tahun di Indonesia, tujuan dan sasaran dapat dinyatakan secara  jelas. Perencanaan jangka menengah sering pula dikaitkan dengan periode pemerintahan dan dengan berbagai perjanjian internasional. Perencanaan jangka menengah mempunyai dua sifat, yaitu: sifat indukatif dan sifat direkatif.


c.       Perencanaan Jangka Pendek
Perencanaan jangka pendek atau perencanaan tahunan merupakan suatu proses penyusunan suatu rencana untuk mencapai tujuan dan sasaran tertentu yang akan dilaksanakan dalam satu tahun. Perencanaan tahunana pada hakikatnya merupakan perintah pelaksanaan dari perencanaan lima tahunan.
d.      Tujuan dan Fungsi Pendidikan
Tujuan dan fungsi pendidikan merupakan subtansi perencanaan pendidikan yang amat penting dan stategis. Tujuan dan fungsi pendidikan sukar untuk dipisahkan. Terdapat empat fungsi pendidikan, yaitu pendidikan sebagai lembaga sosialisasi, lembaga untuk mengejar prestasi, lembaga mekanisme pasar, dan lembaga proses seleksi.
Tujuan pendidikan di sekolah adalah untuk menghasilkan hubungan kekuatan yang ada, dominasi salah satu kelompok terhadap kelompok yang lain, dari generasi yang satu dengan yang lain tanpa menggunakan kekerasaan.





BAB IV
PENDIDIKAN SEBAGAI SEBUAH SISTEM

A.  Keperluan Perencanaan Sistem Pendidikan
Dalam rangka menigkatkan efesiensi dan efektivitas manajemen sistem pendidikan, perencanaan sistem pendidikan sebagai salah satu fungsi organik dalam manjemen sistem pendidikan merupakan fungsi yang sangat stategis.
Perencanaan sistem pendidikan diperlukan seiring dengan tumbuh dan berkembangnya berbagai kompleksitas kehidupan masyarakat sebagai dampak dari berbagi perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, sedangkan sumber daya pendidikan terbatas.
B.  Makna Perencanaan Sistem Pendidikan
Untuk dapat memahami makna perencanan pendidikan menurut Bangrhart dan Trull (19730 terlebih dahulu harus memahami karekteristik, dimensi dan hambatan perencanaan pendidikaan
1.         Karekteristik
Perencanaan sitem pendidikan merupakan suatu proses rasional, menaruh kepedulian terhadap tujuan (goals), alat( means) hasil (ends), proses, dan control. Perencanaan sistem pendidikan merupakan suatu konsep yang dinamis, diramu dari kerangka teoritik sibernetika, yaitu perpaduaan ilmu komunikasi dan pengendaliaan.
2.         Dimensi
Perencanaan pendidikan mempunyai Sembilan dimensi yang dapat menjamin bahwa suatu perencanaan akan bersifat komprehensif dan efisien.
a.    Signifikasi
Signifikasi dapat diartikan bahwa setiap masalah di dalam bidang pendidikan adalah penting. Untuk mencapai tujuan pendidikan, pembuat keputusan harus mempunyai akses dalm menentukan pendoman dan kriteriayang dapat digunakan untuk mengevalusai hasil pelaksanaan rencana.
b.    Kelayakan (feasibility)
Kelayakan suatu rencana di tentukan oleh beberapa faktor antara lain apakah rencana tersebut telah memperhatikan keputusan politik, keakuratan teknis, dan prakiraan kemampuan financial yang akan mendukung terlaksananya rencana yang  telah disusun.
c.    Relevansi
Asas relevansi dimaksudkan bahwa dalam proses penyusunan rencana telah dikaitkan dan disepadankan dengan tujuan pendidikan yang ingin dicapai.
d.   Kepastian (definiteness)
Dalam dimensi ini perhatian dicurahkan untuk mengidentifikasikan berbagai kemungkinan untuk menghindari dan mengurangi munculnya masalah-masalah baru yang tidak diharapkan, yang dapat mengakibatkan penyimpangan penggunaan sumber daya dalam rangka mencapai tujuan yang ditetapkan.
e.    Prinsip kehematan
Prinsip kehematan ini menuntun agar rencana pendidikan disusun secara sederhana.
f.     Dimensi kemampuan menyesuian diri atau adaptasi
Mengisyaratkan bahwa rencana pendidikan harus bersifat dimanis sehingga setiap perubahaan dapat diikuti untuk dijadikan umpan balik terhadap sistem pendidikan.
g.    Dimensi waktu
Berkaitan erat dengan siklus dan prosedur perencanaan yang telah ditentukan. Dimensi waktu mempengaruhi kemampuan perencanaan pendidikan dalam mengevaluasi kebutuhan pendidikan dalam saat rencana disusun dalam kaitannya dengan kebutuhan masa depan.


h.    Pemantuan
Kegiatan pemantauan ini mencakup penetapan kriteria untuk meyakinkan bahwa kegiatan berjalan secara efektif.
i.      Dimensi subtasi
Dimensi ini terdiri dari atas tujuan, program, sumber daya manusia, sumber daya alam, pembiyaan, struktur pemerintahaan, dan konteks sosial.
3.         Hambatan perencanaan pendidikan (Kendala)
Kendala utama yang dihadapi dalam perencanaan pendidikan adalah keputusan politik, kemampuan ekonomi, dan alokasi waktu. Kendala tersebut mempunyai dampak terhadap proses perencanaan pendidikan terutama pada tingkat lokal dan regional. Kendala lain adalah bila pengarahan yang diberikan oleh pemimpinan organisasi kurang jelas dan masalah alokasi dana yang tidak tepat waktu.
C.  Tujuan Perencanaan Sistem Pendidikan
Tujuan perencanaan sistem pendidikan pada hakikatnya terdiri dari beberapa hal:
1.    Untuk mencari kebenaran atas fakta-fakta yang diperoleh atau disajikan agar dapat diterima oleh berbagi pihak.
2.    Untuk menentukan tindakan yang akan dilakukan yang berorentasi pada masa depan.
3.    Untuk menyakinkan secara rasional pihak-pihak tertentu yang berkepentingan terhadap pendidikan.







BAB V
PENDEKATAN-PENDEKATAN
DALAM PERENCANAAN PENDIDIKAN

A.  Pendekatan Permintaan Masyarakat
Menurut bentuknya, perencanaan pendidikan berdasarkan permintaan masyarakat yang paling sederhana, target rencana pendidikan disusun berdasarkan kelompok populasi atau proyeksi calon peserta didik. Ekuitas hasil pendidikan itu biasanya dinilai berdasarkan hasil yang dicapai dari berbagai kelompok populasi dapat dianalisis untuk menilai ekuitas.
Penilaian ekuitas dapat didasarkan pada pengukuran karakteristik distribusi, sedangkan evaluasi keadilan biasanya dibandingkan dengan nilai-nilai moral.perencanaan pendidikan yang didasarkan pada analisis dan proyeksi himpunan permintaan individu dapat dipengaruhi oleh nilai budaya dan sosial yang berbeda.
Perencanaan pendidikan berdasarkan kebutuhan masyarakat tidak mengandung arti bahwa kebutuhan akan pendidikan hanya dipengaruhi oleh variabel-variabel sosial, melainkan ada beberapa jenis perhitungan dari hasil keputusan yang diharapkan.
B.  Pendekatan Berdasarkan Kebutuhan Tenaga Kerja
Pada dasarnya lembaga pendidikan bertujuan untuk membentuk sikap, memberikan penegtahuan, dan meningkatkan ketrampilan. Di samping itu, ada beberapa jenjang, jenis pendidikan dan pelatihan yang diarahkan untuk mempersiapkan peserta didiknya siap kerja pada berbagai lapangan kerja yang menghasilkan barang dan jasa.
Dalam dunia dewasa ini muncul suatu pendapat bahwa mendidik dan melatih para peserta didik yang dapat terjun dalam dunia kerja merupakan suatu tujuan yang dianggap relevan dalam dunia pendidikan.
Para ahli pendidikan sudah lama merencanakan agar pendidikan berkaitan erat dengan persyaratan kerja, jauh sebelum para ahli ekonomi berdiskusi tentang teori investasi dan sebagai prinsip utama dalam teori human capital.
Perencanaan ketenagakerjaan mungkin dapat memanfaatkan informasi yang sama yang digunakan dalam bimbingan dan penyuluhan. Ada 3 pertimbangan pokok yang didefinisikan dalam penggunaan pendekatan kebutuhan tenaga kerja :
1.    Prakiraan mengenai kemungkinan pertumbuhan pendapatan nasional kotor.
2.    Asumsi mengenai hubungan antara pertumbuhan berbagai sektor ekonomi dengan jumlah tenaga kerja yang memiliki kualifikasi tertentu.
3.    Tingkat maksimum produktifitas tenaga kerja.
C.  Pendekatan Nilai Balik dalam Perencanaan Pendidikan
Pendekatan rate of return di dalam perencanaan pendidikan didasarkan pada model ekonomi. Pendekatan ini digunakan untuk memungkinkan mengadakan perbandingan secara ekonomis antara inventansi yang diberikan pada sistem pendidikan  dengan inventasi yang diberikan kepada sektor-sektor ekonomi lainnya. Tujuan utama pendekatan ini adalah untuk menjamin bahwa alokasi sumber-sumber daya di antara sektor-sektor ekonomi yang berbeda disesuaikan dengan manfaat yang diharapkan. Kesulitan utama dalam menggunakan pendekatan ini, yaitu tingkat maksimal keuntungan social yang diperoleh dari pendidikan pada saat ini dan yang akan dating tidak selalu sama.
D.  Pendekatan Sistem Terpadu
Selanjutnya bab ini membahas tentang kerangka dalam model sistem pendidikan. Yang dapat saya pahami setelah membaca buku ini adalah bahwa secara garis besarnya kerangka dasar model sistempendidikan terdiri atas, masukan (input) yang berupa calon peserta didik, masukan  instrumental (instrumental input) yaitu sumber-sumber daya pendidikan, masukan lingkungan (environment input) meliputi aspek-aspek kehidupan bangsa, kemudian ada proses (process) yang merupakan kegiatan merubah masukan (peserta didik) menjadi keluaran (output).
Kemudian buku ini menjelaskan bahwa pada garis besarnya substansi perencanaan sistem pendidikan meliputi tiga tuntutan atau permintaan terhadap sistem  pendidikan, yaitu permintaan masyarakat terhadap pendidikan yang berwujud berapa besar atau jumlah secara kuantitatif (social demand), permintaan agar hasil pendidikan bermutu dan relevan secara proporsional dengan kebutuhan tenaga kerja(manpower), dan sistem pendidikan dituntut agar dilaksanakan secara efisien yang dapat memberikan “nilai baik” (rate of return) antara sumber daya yang digunakan sitem pendidikan dibandingkan dengan manfaat yang diperoleh dari hasil pendidikan. Ketiga substansi perencanaan sistem pendidikan itu terkaitan erat dengan empat aspek sistem pendidikan yang terdiri atas aspek-aspek kuantitas, kualitas, relevansi, dan efisiensi.
1.    Aspek Kuantitatif
Aspek kuntitatif adalah aspirasi dan permintaan masyarakat terhadap pendidikan (social demand). Dalam aspek kuntitatif, perencanaan sistem pendidikan dilakukan berdasarkan social demand approach. Kemudian dijelaskan bahwa hasil proses perencanaan aspek kuantitatif adalah berupa rencana daya tampung meliputi rincian sasaran yang ingin dicapai, yaitu jumlah peserta didik yang akan ditampung dalam kurun waktu tertentu dan sumber daya pendidikan.
2.    Aspek Kualitatif
Dijelaskan bahwa merencanakan kualitas pendidikan berarti merencanakan kemampuan berfikir, mengubah sikap, dan meningkatkan keterampilan peserta didik. Suatu pendidikan dapat dikatakan berkualitas bila :
a.    Proses belajar mengajar berjalan secara efektif.
b.    Dalam proses pendidikan, peserta didik menunjang tingkat kemampuan prestasi belajar.
Pendidikan  yang berkualitas merupakan salah satu aspirasi masyarakat atau permintaan terhadap pendidikan (social demand). Pendidikan yang berkualitas dan relevan sangat diperlukan oleh berbagai lapangan pekerjaan. Lapangan pekerjaan diperoleh dari pendapatan yang merupakan nilai baik (rate of return), baik bagi orang per orang maupun bagi kemajuan masyarakat.
Disimpulkan bahwa kerangka model perencanaan kualitatif pendidikan berdasarkan pendekatan sistem dapat memadukan tiga pendekatan yang bersifat parsial sesuai dengan tahap-tahap proses perencanaannya.
3.    Aspek Relevansi
Aspek relevansi menyusun rencana pendidikan yang dilakukan pada hari ini sebenarnya hasilnya diperuntukkan untuk masa depan. Kaitan masa kini dan masa depan dalam perencanaan aspek relevansi merupakan pangkal otak perencanaan aspek relevansi. Karakteristik perencanaan aspek relevansi harus bersifat futuristic. Konsep relevansi sesungguhnya lebih mendasari konsep peningkatan mutu pendidikan.
4.    Aspek Efisiensi
Efisiensi dapat dilihat dari dua sudut pandang, yaitu efisiensi internal dan eksternal sistem pendidikan. Efisiensi internal ditandai oleh tinggi rendahnya angka putus sekolah dan angka mengulang kelas, sedangkan penyebab eksternal peserta didik keluar dari satuan pendidikan bukan karena penyebab lain di luar sistem pendidikan. Efisiensi eksternal merujuk pada efektivitas manajemen sistem pendidikan secara keseluruhan yang disebabkan oleh kelambanan dalam manajemen sistem pendidikan. Kelambanan sistem pendidikan meneybabkan pemborosan pendayagunaan dan pemanfaatan sumber daya sistem pendidikan.
Penyebab ketidakefisiensi dan ketidakefektifan terjadi oleh masukan lingkungan yang kurang menunjang. Untuk mengefisiensikan dan mengefektifkan sistem pendidikan diperlukan rencana terpadu yang mengaitkan masukan instrumental dan masukan lingkungan dalam proses perencanaan peningkatam efisiensi manajemen sistem pendidikan guna menghasilkan lulusan yang bermutu dan relevan dengan berbagai kebutuhan melalui pendayagunaan sumber daya pendidikan secara efisien. 

BAB VI
PENERAPAN PENDEKATAN SISTEM DALAM PERENCANAAN PENDIDIKAN

Terdapat lima kelemahan dalam penerapan teori umum sistem, yakni apresiasi para penganut teori sistem umum, menentukan makna suatu sistem, menentukan ruang lingkup sistem, petunjuk analisis, dan teori sistem sebagai teori ilmiah.
Masalah utama penerapan pendekatan sistem dalam manajemen pendidikan, yaitu di dalam merumuskan secara tepat tujuan program-program pendidikan. Dalam konteks penerapan pendidikan sistem di Departemen Pendidikan di India, Subrahmanyam mengemukakan bahwa kesulitan yang dihadapi adalah dalam penentuan alokasi anggaran program yang telah disusun sebelum disahkan oleh parlemen.
A.  Studi Kasus Program PPBS
Salah satu bentuk penerapan pendidikan sistem dalam proses perencanaan adalah penerapan konsep Planning Programming Budgeting Systems (PPBS). Konsep dasar PPBS telah dikembangkan di dunia usaha dan kemudian diadaptasi oleh para perencana di lingkungan pemerintahan.
Salah satu keterbatasan PPBS adalah sulit menyesuaikan PPBS ke dalam jadual anggaran terutama untuk rencana anggaran jangka panjang. Dan kelebihannya yakni PPBS dapat menyajikan dokumentasi informasi pendidikan untuk penyusunan rencana kebiijaksanaan dan pengambilan keputusan. PPBS merupakan salah satu bentuk penerapan pendekatan sistem dalam proses perencanaan. Kelemahan bahkan kegagalan penerapan PPBS bukan berarti pendekatan sistem tidak dapat diterapkan dalam perencanaan pendidikan.
B.  Studi Kasus Program OECD
Penelitian yang dilakukan OECD (The Organization of European Economis Corporation) dalam perencanaan pendidikan merupakan salah satu tugas yang tidak dapat dielakan oleh OECD sebagai suatu organisasi yang menaruh kepedulian terhadap pembangunan ekonomi dan sosial, terutama pertumbuhan ekonomi.
Perencanaan pendidikan pernah dihadapkan pada suatu pilihan yaitu mengadopsi teknik dan pendekatan yang mengambil dari perencanaan ekonomi atau mengembangkan pendekatan sendiri berpangkal tolak dari tujuan pendidikan. Dengan adanya dilema tersebut maka pakar OECD menyimpulkan bahwa teknik dan pendekatan perencanaan pendidikan harus dikembangkan dari dinamika internal sistem pendidikan. Untuk masalah-masalah khusus, baik aspek kualitatif maupun kuantitatif harus dipecahkan di dalam kerangka sistem secara keseluruhan. Untuk itu para pakar OECD mulai melibatkan dalam mengeksplorasi penerapan pendekatan sistem dalam perencanaan dan kebijaksanaan pendidikan
Apabila diperhatikan konsep dasar pendekatan perencanaan pendidikan berdasarkan permintaan kebutuhan tenaga kerja, tampak bahwa proyeksi tenaga kerja yang diperlukan terbatas untuk kegiatan ekonomi dan industri pada sektor formal, sedangkan kebutuhan tenaga kerja yang bergerak pada sektor informal belum diperhitungkan.
Penelitian teoritik mengenai pendekatan perencanaan pendidikan berdasarkan kebutuhan tenaga kerja akan diakhiri dengan pendapat Davis (1980) yang menyatakan bahwa pendekatan perencanaan pendidikan sifatnya sempit, seseorang hanya dipandang sebagai pekerja, tujuan, proses, dan hasil pendidikan hanya diarahkan untuk mengisi pekerjaan pada lapangan kerja.
C.  Studi Perencanaan Pendidikan di Korea Selatan (Sebuah Studi Banding)
Sudah kita ketahui kemampuan professional dan ketrampilan teknis tenga kerja bangsa Korea (korea Selatan) terkenal di seluruh dunia. Kemajuan industri dan pertumbuhan ekonomi Korea Selatan merupakan hasil dari program  pengembangan sumber daya manusia, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun oleh pihak industri.
Di dalam pengembangan sumber daya manusia di departemen pendidikan  terdapat beberapa pendekatan yaitu:

1.    Pendekatan kebutuhan tenaga kerja.
Para perencana pendidikan merancang SDM melalui kurikulum dan sarana dan prasarana disekolah, misalnya kurikulum disekolah kejuruan seperti sekolah teknik menengah dan sekolah teknik kejuruan lain sama dengan kurikulum yang ada di Indonesia, akan tetapi ada sedikit perbedaan misalnya adanya pelajaran ilmu pengetahuan pada sekolah menengah ekonomi. Dalam kondisi sarana dan prasarananya juga sama dengan apa yang ada di Indonesia.
2.    Peningkatan kualitas proses belajar-mengajar  dan hasil pendidikan
Sekolah kejuruan dapat dilakukan melalui sistem magang di industri-industri yang relevan. Karena dunia industri sangat berperan aktif dalam upaya peningkatan mutu proses belajar mengajar mulai dari tahap penyusunan kurikulum sampai dengan penyusunan kriteria mutu hasil pendidikan yang diharapkan. Forum interaksi antara dunia industri dengan dunia pendidikan melalui program instruksional dan sistem evaluasi yang dikoordinasikan oleh Korea Educational Development Institute (KEDI) yaitu suatu badan penelitian dan pengembangan pendidikan yang berstatus semi pemerintahan.
Ada satu hal yang menarik di Korea Selatan yaitu pada proses penerimaan pengawai di perusahaan, yaitu  pegawai yang sudah diterima dimasukan kepusat pendidikan dan pelatihan untuk dididik dan dilatih sesuai dengan bidang pekerjaan yang akan dijalani, dengan begitu pegawai tersebut sudah siap untuk dipakai bekerja
3.    Pendekatan berdasarkan Rate of return atau pendekatan nilai balik.
Pendekatan nilai balik memandang pendidikan sebagai suatu investasi yang akan meningkatkan pendapatan. Konsep pendekatan nilai balik di dalam perecanaan pendidikan yang masih digunakan adalah analisis nilai  balik  pada tingkat sistem pendidikan untuk mengevaluasi investasi di dalam tiap jenjang pendidikan. Analisis nilai balik dapat digunakan sebagai pedoman kebijaksanaan makro dan pilihan perencanaan dalam mengalokasikan sumber daya pendidikan untuk tiap jenjang pendidikan
V.          KESIMPULAN
Berpikir sistem adalah cara berpikir yang memandang sesuatu secara keseluruhan, kemudian, baru kepada bagian-bagiannya. Sedangkan pendekatan sistem adalah cara berpikir dengan memepergunakan konsep sistem dan konsep ini dapat berfungsi sebagai kerangka ilmu pengetahuan yang dapat memadukan cara pandang yang sifatnya parsial. Di dalam cara kerjanya, pendekatan sistem mempergunakan logika induktif dan deduktif.
Sistem pendidikan merupakan suatu keseluruhan yang bersifat komprehensif dan terpadu dalam mencapai tujuan dan fungsinya. Pendekatan sistem dapat mengakomodasi dan mengintegrasikan berbagai pendekatan yang sifatnya parsial, menjadi totalitas keseluruhan yang terpadu.
Model pendekatan sistem dalam perencanaan pendidikan yang disajikan di dalam buku ini sangatlah tepat dalam mengakomodasi tujuan, fungsi, sasaran, karakteristik, pandangan, dan kecenderungan yang mungkin terjadi di masa depan, dengan memperhatikan kegunaan cara berfikir berdasarkan konsep sistem. Dengan demikian, dapat ditegaskan bahwa pendekatan perencanaan pendidikan yang baru dapat mengakomondasikan tujuan pendidikan secara menyeluruh dan terpadu.

VI.          KELEBIHAN BUKU
Buku ini menitikberatkan pembahasan pada pengembangan konsep dan model penerapan pendekatan sistem di berbagai aktivitas perencanaan pendidikan. Pendekatan sistem yang memiliki karakteristik sistemik, analitik, dan sistematik dipandang mampu memadukan tiga konsep dan perencanaan pendidikan yang meliputi pendekatan permintaan masyarakat, kebutuhan tenaga kerja, dan tingkat pengembalian keuntungan investasi.
Buku ini dapat membantu para guru atau calon guru dalam proses belajar mengajar dan mengetahui hasil akhir yang dicapai dari kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, target atau tujuan pembelajaran akan tercapai.

VII.          KEKURANGAN BUKU
Dalam buku ini tidak adanya catatan kaki yang dapat memperkuat keabsahan suatu tulisan. Dalam buku ini juga, terdapat bagan-bagan yang tidak dijelaskan secara spesifik mengenai langkah-langkahnya, sehingga mengurangi keutuhan pemahaman pembaca.

VIII.          SARAN
Buku ini cocok dibaca untuk membantu para perencana pendidikan atau calon perencana pendidikan dalam merencanakan suatu pendidikan agar tujuan dan fungsi pendidikan dapat sejalan, serta untuk mengetahui pendekatan-pendekatan yang dapat digunakan dalam sistem perencanaan pendidikan.  Dengan demikian, keefektifan dan keefisienan suatu pendidikan dapat tercapai.

4 komentar:

  1. MOHON IJIN UNTUK DIJADIKAN SEBAGAI REFERENSI YA MIN, MAKASIIH

    BalasHapus
  2. mohon share mudah-mudahan bermanfaat...

    BalasHapus
  3. kak kalau ada buku nya boleh share, atau saya beli kak. soalnya nyari dah pada gak ada. tolong dibalas ya kk

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waahhhhh mohon maaf kak, karena sudah lama sekali dan pindah rumah 3 kali jadi saya sudah tidak tau bukunya di mana.

      Hapus