Kamis, 29 Maret 2012

EMOSI DAN STRES KERJA



BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Sistem memperoleh masukan mentah dan masukan instrumental. Bahan baku kemudian diolah oleh masukan instrumental dalam sistem dan menghasilkan keluaran. Perusahaan sebagai system memperoleh berbagai bahan baku yang diperlukan, yang diolah oleh tenaga kerja dengan menggunakan mesin dan peralatan lainnya (masukan instrumental) sehingga dapat menghasilkan barang atau jasa sebagai produknya.
Manusia merupakan anggota lebih dari satu kelompok sosial. Dalam melakukan kegiatan di setiap kelompok, manusia dapat mengalami stres. Stres yang dialami sebagai hasil kegiatannya di setiap kelompok saling menunjang.

B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Apakah pengertian dari stres dan stres kerja itu?
2.      Seperti apakah pembangkit stres itu?
3.      Bagaimanakah manajemen stres itu?
C.    TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :
1.      Untuk memenuhi tugas pada mata kuliah “Psikologi Organisasi”.
2.      Untuk mengetahui seperti apakah stres itu.
3.      Untuk mengetahui pembangkit stres serta,
4.      Mengetahui bagaimana manajemen stres.
D.    MANFAAT PENULISAN
Dapat menambahkan ilmu atau wawasan kepada mahasiswa-mahasiswa KI-Manajemen Pendidikan serta dapat mengetahui pembuatan karya tulis yang benar.




BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Stres dan Stres Kerja

1.      Pengertian Stres
Charles D. Speilberger menyebutkan bahwa stress adalah tuntutan-tuntutan eksternal mengenai seseorang, misalnya objek-objek dalam lingkungan atau suatu stimulus yang secara objektif adalah berbahaya.[1] Stress juga biasa diartikan sebagai tekanan, ketegangan atau gangguan tidak menyenangkan yang berasal dari luar diri seseorang. Menurut Dr. Hans Selye, guru besar emeritus (purnawirawan) dari Universitas Montreal dan “penemu” stres, stress merupakan suatu abtraksi yakni di mana orang tidak bisa melihat di mana orang sedang stress akan tetapi dia mengetahui akibat dari stress . Menurutnya ada tiga tahapan bisa dikatakan stress yakni :[2]
a.       Alarm (tanda bahaya)
Organisme berorientasi terhadap tuntutan yang diberikan oleh lingkungannya dan mulai menghayatinya sebagai ancaman.
b.      Resistance (Perlawanan)
Organisme memobilisasi sumber-sumbernya (kemampuan) supaya mampu menghadapi tuntutan.
c.       Exhaustion (Kehabisan tenaga)
Jika tuntutan berlangsung terlalu lama, maka sumber-sumber penyesuaian ini mulai habis dan organisme mencapai tahap terakhir.
Selye mengatakan jika reaksi badan tidak cukup, berlebihan, atau salah, maka reaksi badan itu sendiri dapat menimbulkan penyakit.  Hal ini dinamakan diseases of adaptation (penyakit dari adaptasi), karena penyakit-penyakit tersebut lebih disebabkan oleh reaksi adaptif yang kacau dari badan kita daripada oleh hasil yang merusak langsung dari penimbul stress.[3]
Pada umumnya kita merasakan bahwa stress merupakan kondisi yang negatif, suatu kondisi yang mengarah ketimbulnya penyakit fisik ataupun mental, atau mengarah ke prilaku  yang tak wajar. Stres itu bisa menguras kesehatan orang, dan kekuatannya, tanda berlebih ialah mudah tersinggung, kelelahan fisikal dan mental, ketidaktegasan, dan hubungan interpersonal yang menegangkan.
Ada beberapa pendapat yang mengemukakan tentang stress :
Cary Cooper dan Alyson Straw (1995) mengemukakan gejala stress dapat berupa tanda-tanda berikut ini :
a.       Fisik, yaitu nepas memburu, mulut dan kerongkongan mongering, tangan lembab, merasa panas, otot-otot tegang, pencernaan terganggu, sembelit, letih yang tidak beralasan, sakit kepala, salah urat, dan gelisah.
b.      Perilaku, yaitu perasaan bingung, cemas dan sedih, cemas dan sedih, jengkel, salah paham, tidak berdaya, tidak mampu berbuat apa-apa, gelisah, gagal, tidak menarik, kehilangan semangat, sulit konsentrasi, sulit brfikir jernih, sulit membuat keputusan, hilangnya kreativitas, hilangnya gairah dalam berpenampilan dan hilangnya minat terhadap orang lain.
c.       Watak dan kepribadian, yaitu sikap hati-hati menjadi cermat yang berlebihan, cemas menjadi lekas panic, kurang percaya diri menjadi rawan, penjengkel menjadi meledak-ledak.[4]

2.      Pengertian Stres Kerja
Gibson mengemukakan bahwa stres kerja di konseptualisasi dari beberapa titik pandang, yaitu stres sebagai stimulus, stres sebagai respons dan stress sebagai stimulus-respons. Stephen P. Robbins mengemukakan bahwa stress sebagai suatu kondisi dinamis di mana individu dihadapkan pada kesempatan, hambatan dan keinginan serta hasil hasil yang diperoleh.
Stres kerja dapat timbul karena tuntutan lingkungan dan tanggapan setiap individu dalam menghadapinya dapat berbeda. Masalah stres kerja di dalam organisasi perusahaan menjadi gejala yang penting diamati sejak mulai timbulnya tuntutan untuk efisien di dalam pekerjaan. Akibat adanya stres kerja tersebut yaitu orang menjadi nervous, merasakan kecemasan yang kronis, peningkatan ketegangan pada emosi, proses berfikir dan kondisi fisik individu. Selain itu, kinerja karyawan mengalami beberapa gejala yang dapat mengancam dan mengganggu pelaksanaan kerja mereka, seperti : mudah marah dan agresif, tidak dapat relaks, emosi yang tidak stabil, sikap tidak mau bekerja sama, perasaan tidak mampu terlibat, dan kesulitan dalam masalah tidur.[5]

3.      Tanda-tanda Stres
Stress akan mempunyai dampak pada suasana hati, otot kerangka dan organ-organ dalam tubuh. Adapun tanda-tanda stress adalah sebagai berikut :[6]
a.     Tanda Suasana Hati (Mood):
MenjadiOverexicited
1.      Cemas
2.      Merasa tidak pasti
3.      Sulit tidur pada malam hari    
4.      Menjadi mudah bingung dan lupa
5.      Menjadi  sangat tidak enak dan gelisah                                     
6.      Menjadi gugup
b.    Tanda-tanda Otot kerangka:
1.      Jari-jari dan tangan gemeter                                                        
2.      Tidak dapat duduk diam atau diri di tempat            
3.      Mengembangkan gerak tidak sengaja                                           
4.      Kepala mulai sakit                                                                     
5.      Merasa otot menjadi tegang dan kaku                           
6.      Menggagap jika berbicara                                         
7.      Leher menjadi kaku                          
c.    Tanda-tanda Organ-organ dalam badan:
1.      Perut terganggu                                                                           
2.      Merasa jantung berdebar                                                         
3.      Banyak berkeringat                                                                     
4.      Tangan berkeringat                                                                     
5.      Merasa kepala ringan atau akan pingsan                                     
6.      Mengalami kedinginan                                                                 
7.      Wajah menjadi panas                                                                    
8.      Mulut menjadi kering                                                          
9.      Mendengar bunyi berdering dalam kuping                    
10.  Mengalami “rasa akan tenggelam “ dalam perut                                                           

B.     Pembangkit Stres
Setiap aspek pekerjaan dapat membangkitkan stress , adapun beberapa faktor pembangkit stres adalah :[7]
a. Kondisi
Kondisi dapat menentukan prestasi kerja yang optimal akan tetapi di samping itu kondisi kerja memiliki dampak pula tetrhadap kesehatan mental dan keselamatan kerja seorang tenaga kerja, kondisi fisik kerja mempunyai pengaruh terhadap kondisi dan psikologis diri seorang tenaga kerja , kondisi fisik dapat merupakan pembangkit stres.
Bising pun dapat menimbulkan gangguan maupun gangguan sementara terhadap alat pendengaran kita akan tetapi juga merupakan sumber stress yang menyebabkan peningkatan dari etidak siagaan dan ketidak seimbangan psikologis kita, kemudian vibrasi juga merupakan sumber stress yang kuat yang mengakibatkan peningkatan perubahan dari berfungsinya seseorang, kemudian Hygiene: lingkungan kotor dan tidak sehat pun merupakan salah satu pembangkit stress  karena hal ini merupakan faktor tinggi pembangkit stress
b.TuntutanTugas 
Penelitian menunjukan bahwa kerja shift merupakan sumber utama dari stress bagi para pekerja pabrik , para pekerja shift lebih sering mengeluh tentang kelelahan dan gangguan perut dari pada para pekerja pagi dan siang karena pekerja shift yang terhadap kebiasaan makan yang dapat mengganggu perut, dan pengaruhnya adalah emosional  dan bioligikal karena gangguan dari tidur pun tidak teratur , dri pola suhu  dan dari ritme pengeluaran adrenalin. Beban kerja merupakan salah satu penimbul stress , Beban kerja yang berlebihan ataupun yang terlalu sedikit yang merupakan pembangkit stress ,beban kerja dapat dibedakan yaitu kedalam beban kerja berlebih/terlalu sedikit ‘kuantitatif’, yang timbul sebagai akhibat dari tugas-tugas yang terlalu banyak /sedikit , dan beban kerja berlebih/terlalu sedikit ‘kualitatif’orang merasa tidak mampu untuk melakukan suatu tugas.
Menurut Everly dan Girdano membagi beban kerja yaitu,pertama kombinasi dari beban berlebih kuantitatif dan kualitatif. Penjelasan lebih lanjut:[8]
1.             Beban berlebih kuantitatif
Beban berlebih secara fisikal ataupun mental, yaitu harus melakukan terlalu banyak hal, merupakan kemungkinan sumber stress pekerjaan, beban ini disebabkan oleh desakan waktu.
2.             Beban terlalu sedikit kuantitatif
Beban kerja terlalu sedikit juga dapat mempengaruhi kesejahteraan psikologis seseorang. Kemajuan teknologi dan peningkatan otomatis dalam industri di satu dalam pihak dapat mengarah pada makin menjadinya majemuk pekerjaan, dilain pihak, pada tingkat teknologi menengah, mengarah pada penyerderhanaan pekerjaan. Karena bisa timbul kebosanan karena pekerjaan rutin yang dapat menghasilkan kurangnya perhatian.
3.             Beban berlebihan kualitatif
Dengan kemajuan teknologi makin dirasakan kehidupan menjadi lebih jenuh , pekerjaan yang sederhana  yang dilakukan dengan tangan makin banyak tidak dilakukan manual . Kemajemukan pekerjaan mengakhibatkan beban kelebihan kualitatif, makintinggi kemajemukan makin tinggi stresnya.
4.             Beban terlalu sedikit kualitatif
Beban terlalu sedikit kualitatif disebabkan karena adanya rangsangan akan mengarah ke semangat dan motivasi yang rendah untuk kerja. Tenaga kerja akan merasa bahwa dia tida maju-maju dan merasa tidak berdaya untuk memperlihatkan bakat dan ketrampilannya.
5.             Beban berlebihan kuantatif dan kualitatif 
Proses pengambilan keputusan merupakan satu kombinasi yang unik dari faktor-faktor yang dapat mengarah ke berkembangannya kondisi-kondisi beban berlebih kuantitatif dan kualitatif pada waktu yang sama.
Faktor-faktor berikut ini yang menentukan derajat besarnya stress dalam proses pengambilan keputusan (Every & Girdano, 1980):[9]
1.             Pentingnya akhibat-akhibat dari keputusan
2.             Derajat kemajemukan keputusan
3.             Kelengkapan informasi yang dimiliki
4.             Yang bertanggung jawab terhadap keputusan
5.             Jumlah waktu yang diberikan untuk proses pengambilan keputusan
Pentingnya akibat keputusan itu menentukan derajatnya besarnya stres, misalnya memutuskan untuk membuka untuk membuka cabang lebih besar stressnya daripada memutuskan dimana makan siang, karena resikonya lebih besar. Kalau gagal cabangnya berarti rugi besar, bahkan mungkin harus tutup perusahaannya. Kemajemukan kerja akan menimbulkan stress. Jumlah dari stress yang terlibat dalam proses pengambilan keputusan dapat diungkapkan sebagai berikut:
Stres pengambilan keputusan =
Kepentingan + Kemajemukan + Kurang Informasi + Tanggung Jawab + Kurang Waktu + Kurang kepercayaan.
C.    Manajemen Stres
Stress dalam pekerjaan dapat dicegah timbulnya dan dapat dihadapi tanpa memperoleh dampaknya yang negative. Memanajemeni stres berarti berusaha mencegah timbulnya stres, meningkatkan ambang stress dari individu dan menampung akibat fisiologikal dari stress.[10]
Memanajemeni stress bertujuan untuk menegah berkembangnya stress jangka pendek menjadi stress jangka panjang atau stress yang kronis. Kita tidak selalu berhasil untuk mencegah stress.
Pandangan interaktif mengatakan bahwa stres ditentukan oleh faktor-faktor di lingkungan dan faktor-faktor dari individunya. Dalam memanajemeni stress dapat diusahakan untuk :
a.       Mengubah faktor-faktor  di lingkungan agar tidak merupakan pembangkit stres.
b.      Mengubah faktor –faktor dalam individu agar :
Ø  Ambang stres meningkat, tidak cepat merasakan situasi yang dihadapi sebagai penuh stress.
Ø  Toleransi terhadap stres meningkat, dapat lebih lama bertahan dalam situasi yang penuh stres, tidak cepat menunjukan akibat yang merusak dari stres pada badan. Dapat mempertahankan kesehatannya.
Teknik-teknik yang dapat di gunakan adalah :
1.      Kerekayasaan organisasi.
2.      Kerekayasaan kepribadian (peningkatan kecakapan dan perubahan kebutuhan dan nilai-nilai).
3.      Teknik penenangan pikiran.
4.      Teknik penenangan melalui aktivitas fisik.



BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Stres adalah tuntutan-tuntutan eksternal yang mengenai seseorang. Misalnya objek-objek dalam lingkungan atau suatu stimulus yang secara objektif adalah berbahaya. Stres juga bias diartikan sebagai tekanan, ketegangan atau gangguan yang tidak menyenangkan berasal dari luar diri seseorang.
Stres merupakan suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi seseorang dimana ia terpaksa memberikan tanggapan melebihi kemampuan penyesuaian dirinya terhadap suatu tuntutan ekternal (lingkungan).
Pembangkit stres antara lain adalah :
1.      Faktor intrinsik dalam pekerjaan
2.      Peran individu dalam organisasi
3.      Pengembangan karier.
4.      Hubungan dalam pekerjaan.
5.      Struktur dan iklim organisasi.
6.      Tuntutan dari luar organisasi.
7.      Cirri-ciri individu.
Manajemen Stres bertujuan untuk mencegah berkembangnya stres jangka pendek dan stres jangka panjang atau stres yang kronis.
Dalam memanajemeni stres, teknik-teknik yang dapat digunakan adalah :
1.      Kerekayasaan organisasi.
2.      Kerekayasaan kepribadian.
3.      Teknik penenangan pikiran.
4.      Teknik penenangan melalui aktivitas fisik.



[1] Veithzal Rivai, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, (Jakarta : Rajawali PERS, 2010), hlm. 307

[2] Ashar Sunyoto Munandar. Psikologi Industri dan Organisasi, (Jakarta : UI-Press, 2001), hlm. 371
[3] Munandar, . Psikologi Industri…, 372
[4] Veithzal, Kepemimpinan dan…, hlm. 307
[5] Veithzal, Kepemimpinan dan…, hlm. 307

[6] Munandar, Psikologi Industri…, hlm.379
[7] Munandar, Psikologi Industri…, hlm. 380
[8] Munandar, Psikologi Industri…, hlm. 384
[9] Munandar, Psikologi Industri…, hlm.388
[10] Munandar,  Psikologi Industri…, hlm. 401