Sabtu, 29 Maret 2014

PENELITIAN PERPUSTAKAAN

 BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG MASALAH
Perpustaaan merupakan wadah atau tempat penyimpanan berbagai macam bahan pustaka seperti buku-buku, kitab-kitab, koran, majalah, artikel, dan lain sebagainya yang disediakan bagi siapapun yang membutuhkan bahan bacaan. Terutama dalam kalangan pelajar dan mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa harus memiliki bahan bacaan sebagai acuan dalam kehidupan bermasyarakat dan sebagainya.
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang mewadahi para peserta didik untuk mendapatkan pendidikan dan pembelajaran secara khusus dan umum, mengingat sekolah sebagai lembaga pendidikan memerlukan berbagai macam sarana dan prasarana seperti gedung, kelas-kelas, lab, dan terutama adalah perpustakaan sekolah.
Perpustakaan sangat penting diadakan diberbagai macam sekolah, karena sekolah sangat berkaitan dengan perpustakaan sebagai bahan ajar dan sumber bacaan para peserta didik dan pendidiknya pula. Mengingat pentingnya perpustakaan bagi sekolah, diperlukan langkah strategis untuk menyikapi kemajuan dunia pendidikan. Sekolah tanpa perpustakaan ibarat sayur tanpa garam. Demikian pula halnya dengan berbagai jenis perpustakaan lainnya. Apalagi jika melihat UUD 1945, seperti yang diamanatkan dalam pembukaan, dan secara khusus mendukung program pendidikan nasional, yaitu mencerdaskan anak bangsa.
Dalam rangka mencerdaskan anak bangsa, dibutuhkan kebiasaan membaca bagi peserta didik terutama di sekolah. Untuk menumbuhkan minat baca, yang ideal seharusnya dimulai dari masing-masing keluarga dan sekolah. Namun kenyataannya, tidak semua keluarga dan sekolah memiliki perpustakaan. Biasanya karena sekolah tidak memiliki tenaga pengelola perpustakaan, hal ini dapat mengakibatkan proses belajar mengajar di sekolah tidak berlangsung dengan baik. Ini berdampak anak didik hanya berpaku pada materi yang disampaikan guru, tanpa bisa memperluas wacana dan mencari referensi tambahan.[1]
Bacaan yang kurang memikat dan minimnya sarana perpustakaan sekolah menjadi faktor utama penyebab minat baca siswa rendah. Sementara itu, sekolah tidak selalu mampu menumbuhkan kebiasaan membaca bagi para siswanya. Dengan kondisi kualitas buku pelajaran yang memprihatinkan, padatnya kurikulum, dan metode pembelajaran yang menekankan hafalan materi justru ‘membunuh’ minat baca siswa.
Dalam peningkatan budaya membaca dan mengembangkan minat baca siswa, perpustakaan sekolah harus menjalankan fungsi memproduksi, menjaga dan menyalurkan nilai-nilai budaya membaca. Fungsi ini tentu sulit dicapai jika perpustakaan dikelola lebih sebagai tempat penyimpanan buku memiliki pustakwan yang tidak memposisikan diri sebagai fasilitator penciptaan nilai-nilai keberaksaraan.pada kenyataannya, perpustakaan seringkali ditempatkan hanya sebagai bagian (terkecil) atau hanya pendukung teknis dari institusi lain, seperti yang terjadi di perpustakaan sekolah.
Untuk mengembangkan minat baca, kesenangan membaca, kebebasan membaca, dan menciptakan budaya baca masyarakat. Selain harus dilakukan secara terus menerus juga diperlukan ketersediaan bahan bacaan yang memadai jumlah jenis dan mutunya. Serta kontinyuitasnya / kelangsungannya secara memadai. Untuk menyediakan bahan bacaan yang cukup dan sesuai, bukan pekerjaan yang sederhana. Sementara ini dilakukan secara bersama-sama antara pihak-pihak yang berkompeten seperti pemerintah, perpustakaan, lembaga pendidikan, melalui pengembangan dan penyebaran sumber informasi.
Dilihat dari fungsi pertama perpustakaan sekolah adalah menjadi pusat layanan bahan-bahan pustaka bagi siswa dan guru. Layanan kepada siswa dapat bermacam-macam, tergantung dari tingkat usia dan pendidikan mereka. Namun, karena siswa pada tingkat pendidikan dasar pada umumnya masih sangat perlu diberi banyak motivasi untuk senang membaca, maka pemberian layanan yang berupa penyediaan berbagai bahan bacaan yang merangsang minat baca mereka sangat diutamakan.[2]
Layanan perpustakaan merupakan salah satu kegiatan utama di setiap perpustakaan. Bagian layanan berhubungan secara langsung dengan pemakai dan sekaligus merupakan barometer keberhasilan penyelenggaran perpustakaan. Oleh karena itu dari meja layanan akan dikembangkan gambaran dan citra perpustakaan, sehingga seluruh kegiatan perpustakaan akan diarahkan dan terfokus kepada bagaimana memberikan layanan yang baik sebagaimana dikehendaki oleh masyarakat pemakai.
Menurut Zulfikar Zen (2006:90) “Layanan yang baik adalah layanan yang dapat memberikan rasa senang dan puas kepada pemakai”. Baik buruknya citra perpustakaan juga ditentukan bagian ini. Oleh karena itu setiap perpustakaan selalu berupaya penuh guna memuaskan pemakai perpustakaan tersebut.
Berbagai jenis sistem layanan di perpustakaan sekolah dapat menjadi salah satu faktor yang membuat para siswa untuk tertarik mengunjungi perpustakaan. Dengan berpedoman terhadap beberapa buku sebagai acuan dalam penelitian, semakin menguatkan bahwa masih banyak jenis-jenis sistem layanan yang disediakan di perpustakaan sekolah.[3]
Setiap perpustakaan memiliki jenis layanan tersendiri yang telah direncanakan ketika pembangunan perpustakaan sekolah. Jenis layanan tersebut meliputi peminjaman berbagai macam buku baik yang berbentuk fiksi maupun non fiksi serta pelayanan lainnya yang mendukung kebutuhan siswa di sekolah.
Di Perpustakaan SMK YMJ Ciputat, berdasarkan pengamatan yang telah diteliti sebelumnya, bahwa perpustakaan SMK YMJ memiliki koleksi buku sebanyak 281 dan jumlah anggota sebanyak 235 yang terdiri dari 190 siswa dan 45 tenaga pendidik dengan intensitas kunjung dan membaca koleksi perpustakaan yang masih minimum yaitu rata-rata pada saat waktu istirahat sekolah yang berlangsung selama 15 menit.
Alasan memilih tema tentang pelayanan perpustakaan dalam meningkatkan minat baca siswa adalah karena sedikitnya buku koleksi perpustakaan SMK YMJ Ciputat yang berarti belum memenuhi standar jumlah koleksi perpustakaan sekolah yaitu memiliki koleksi minimal 1.000 judul.
B.     IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan pada bagian sebelumnya, maka dapat didefinisikan masalah yang ada di perpustakaan sekolah antara lain :
1.      Kurangnya persediaan di perpustakaan untuk menambah wawasan siswa-siswi di sekolah.
2.      Kurang adanya pengadaan acara di perpustakaan untuk meningkatkan baca siswa.
3.      Minimnya pelayanan prima yang tersedia di perpustakaan sekolah.
4.      Sedikitnya siswa yang mengunjungi perpustakaan sekolah.
5.      Kurangnya kepedulian pustakawan dalam mengelola perpustakaan sekolah.
6.      Minimnya program pengembangan perpustakaan.
C.    PEMBATASAN MASALAH
Dari identifikasi masalah diatas, maka diberikan pembatasan masalah agar penelitian dapat terfokus dan tidak meluas.
Adapun pembatasan masalah pada penelitian ini adalah “Pelayanan Prima pada perpustakaan sekolah dalam rangka mengembangkan minat baca siswa”
D.    RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah tersebut, dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut :
1.      Bagaimana pelayanan prima yang ada di perpustakaan SMK YMJ?
2.      Bagaimana kegiatan yang dilaksanakan oleh perpustakaan SMK YMJ dalam rangka meningkatkan minat baca siswa?
3.      Seberapa besar ketersediaan koleksi buku di perpustakaan SMK YMJ Ciputat?
E.     TUJUAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN
Adapun tujuan diadakannya penelitian ini adalah :
1.      Untuk mengetahui keadaan pelayanan perpustakaan SMK YMJ.
2.      Untuk mengetahui seberapa besar siswa-siswi yang mengunjungi perpustakaan sekolah.
3.      Untuk mengetahui ketersediaan koleksi buku di perpustakaan SMK YMJ Ciputat.
4.      Untuk mengetahui seberapa besar partisipasi pengelola dalam melakukan pelayanan perpustakaan di SMK YMJ Ciputat.
F.     MANFAAT PENELITIAN
1.      Bagi Pustakawan
a.       Sebagai masukan dalam upaya meningkatkan kualitas koleksi perpustakaan khususnya bahan pustaka.
b.      Sebagai masukan dalam upaya menumbuhkan minat baca siswa.
c.       Sebagai masukan dalam upaya meningkatkan pelayanan prima di perpustakaan SMK YMJ Ciputat.
2.      Bagi Akademisi
Sebagai bahan rujukan atau bahan pertimbangan bagi peneliti lain dalam melakukan penelitian yang sama atau sejenis atau yang berkaitan dengan pelayanan perpustakaan.
3.      Bagi Peneliti
a.       Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan, pengalaman, dan pengetahuan peneliti.
b.      Sebagai wahana pengayaan dalam pengembangan ilmu pengetahuan.


BAB II
KAJIAN TEORITIK

A.    Layanan Perpustakaan
1.      Pengertian Perpustakaan
Perpustakaan berasal dari kata pustaka,,yang berarti buku. Setelah mendapat awalan per dan akhiran an menjadi perpustakaan, yang berarti kitab, kitab primbon atau kumpulan buku-buku, yang kemudian disebut koleksi bahan pustaka.[4]
Kata perpustakaan umumnya mempunyai dua pengertian, yang pertama menunjuk kepada sejumlah koleksi buku dan yang kedua menunjuk kepada lokasi tersimpannya buku-buku tersebut.[5]
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pustaka artinya kitab, buku (Depdikbud : 1980). Dalam bahasa Inggris dikenal dengan library. Istilah ini berasal dari kata librer atau libri, yang artinya buku (Sulistyo Basuki : 1991, 3).[6]
Menurut UU Perpustakaan pada Bab I pasal 1 menyatakan perpustakaan adalah institusi yang mengumpulkan pengetahuan tercetak dan terekam, mengelolanya dengan cara khusus guna memenuhi kebutuhan intelektualitas para penggunanya melalui beragam cara interaksi pegetahuan.[7]
Perpustakaan adalah sebuah  ruangan, sebuah gedung atau bagian dari gedung yang digunakan untuk menyimpan buku serta terbitan dan bahan pustaka lainnya menurut tata susunan tertentu untuk kepentingan pembaca dan bukan untuk diperjualbelikan.[8]
Dari penjelasan berbagai pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa perpustakaan adalah sebuah gedung yang digunakan untuk menyimpan koleksi-koleksi baik yang tercetak (buku) maupun yang tidak tercetak (terekam) serta terbitan dan bahan pustaka lainnya guna memenuhi kebutuhan intelektualitas bagi para penggunanya.
Batasan lain yang dikutip oleh Sulistyo Basuki yang dirumuskan oleh IFLA (International Federation of Library Associations and Institution), perpustakaan adalah kumpulan bahan tercetak dan non tercetak dan/atau sumber informasi dalam komputer yang disusun secara sistematis untuk kepentingan pemakai.
Menurut Unesco (International Bureau of Education) mengemukakan definisi perpustakaan sekolah sebagai berikut[9] :
Full and unified range of carefully selected printed and audio-visual materials, organized and indexed by subject for sufficient retrieval and use, together with effective advisory and distribution services and the essential equipment needed to instruction, and simulate and assist both group study and individualized learning and self-instruction.
(Kumpulan koleksi dengan ragam yang luas yang menyatu dari bahan-bahan tercetak dan bahan pandang dengar yang diseleksi dengan penuh hati-hati, diorganisasi dan diindeks menurut subjek agar dapat dengan mudah ditemukan kembali dan digunakan, bersama dengan penyediaan layanan konsultasi, dan distribusi, penyediaan peralatan pokok yang dibutuhkan dalam proses belajar-mengajar, merangsang dan membantu belajar kelompok, belajar perorangan dan belajar mandiri).
Menurut Dady P. Rahmananta, dari sekitar 200 ribu sekolah di Indonesia,95 persennya atau belum memiliki perpustakaan, (Koran Tempo, 03 Juli 2003). Perpustakaan sekolah berada pada lingkungan sekolah, penanggung jawabnya adalah kepala sekolah, sedangkan pengelolaannya adalah guru-guru dan pegawai yang ditugaskan.
Dalam Undang-Undang No 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan Pasal 23 di jelaskan dengan lengkap tentang Perpustakaan Sekolah sebagai berikut[10]:
a)    Setiap sekolah/madrasah menyelenggarakan perpustakaan yang memenuhi standar nasional perpustakaan dengan memperhatikan Standar Nasional Pendidikan.
b)   Perpustakaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memiliki koleksi buku teks pelajaran yang ditetapkan sebagai buku teks wajib pada satuan pendidikan yang bersangkutan dalam jumlah yang mencukupi untuk melayani semua peserta didik dan pendidik.
c)    Perpustakaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengembangkan koleksi lain yang mendukung pelaksanaan kurikulum pendidikan.
d)   Perpustakaan sekolah/madrasah melayani peserta didik pendidikan kesetaraan yang dilaksanakan di lingkungan satuan pendidikan yang bersangkutan.
e)    Perpustakaan sekolah/madrasah mengembangkan layanan perpustakaan berbasis teknologi informasi dan komunikasi.
f)    Sekolah/madrasah mengalokasikan dana paling sedikit 5% dari anggaran belanja operasional sekolah/madrasah atau belanja barang di luar belanja pegawai dan belanja modal untuk pengembangan perpustakaan.
Definisi yang mengisyaratkan bahwa perpustakaan memiliki spesifikasi tersendiri mengenai fungsi dan peranannya. Ini dapat dilihat dari pengertiannya yang memiliki beberapa poin penting yang perlu digaris bawahi, yaitu [11]:
·         Perpustakaan sebagai suatu unit kerja.
·         Perpustakaan sebagai tempat pengumpul, penyimpan, dan pemelihara berbagai koleksi bahan pustaka.
·         Bahan pustaka itu dikelola dan diatur secara sistematis dengan cara tertentu.
·         Bahan pustaka digunakan oleh pemustaka secara kontinu.
·         Perpustakaan sebagai sumber informasi.
Untuk menjalankan sebuah perpustakaan, perpustakaan harus memenuhi persyaratan tertentu, yaitu :
a)      Adanya kumpulan buku-buku dan bahan pustaka lainnya, baik tercetak, terekam maupun dalam bentuk lain sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
b)      Koleksi tersebut ditata menurut suatu sistem tertentu, diolah / diproses meliputi registrasi dan identifikasi, klasifikasi, katalogisasi, dan dilengkapi dengan perlengkapan koleksi, seperti slip buku, kartu-kartu katalog, kantong buku dan lain sebagainya. Koleksi itu tidak sekedar ditumpuk, sehingga terkesan seperti gudang buku.
c)      Semua sumber informasi ditempatkan digedung atau ruangan tersendiri, dan sebaliknya tidak disatukan dengan kantor atau kegiatan yang lain.
d)     Perpustakaan semestinya dikelola atau dijalankan oleh petugas-petugas, dengan persyaratan tertentu yang melayani pemakai, dan sebaik-baiknya.
e)      Ada masyarakat pemakai perpustakaan tersebut, baik untuk membaca, meminjam, meneliti, menggali, menimba, dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang diperoleh perpustakaan, sehingga perpustakaan sering disebut sebagai gudang ilmu.
f)       Perpustakaan merupakan istitusi yang perlu bermitra dengan lembaga-lembaga yang berkaitan dengan proses penyelenggaraan pendidikan secara langsung dan tidak langsung, baik formal maupun nonformal.

a.      Visi dan Misi Perpustakaan
1.      Visi
Visi adalah cara memandang tentang kondisi dan situasi masa depan. Visi juga dapat diartikan sebagai gambaran keadaan yang lebih baik yang ingin dicapai dan secara rasional dapat diwujudkan.[12]
Visi perpustakaan sekolah dikaitkan dengan proses pembelajaran bagi peserta didik untuk menciptakan lulusan dan tamatan yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi luhur, berakhlak mulia, cerdas, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, sebagai aset dan negara.[13]
2.      Misi
Misi merupakan penjabaran dari visi. Visi adalah sesuatu yang filosofis, idealis, dan realistis. Sementara misi merupakan pokok-pokok penjabaran kegiatan yang harus dirumuskan agar lebih realistis dalampencapaiannya. Misi masing-masing perpustakaan tentu berbeda, sebab visinya pun berbeda.
b.      Peran Perpustakaan

c.       Tugas Pokok dan Fungsi Perpustakaan Sekolah/Madrasah
Tugas pokok perpustakaan sekolah tidak lain berkaitan erat dengan kedudukannya sebagai salah satu sarana dan prasarana pembelajaran di sekolah yang harus mendukung tugas sekolah secara keseluruhan. Sedangkan fungsi perpustakaan madrasah tidak jauh berbeda dari fungsi perpustakaan secara umum.hanya saja sebagai suatu perpustakaan di lingkungan pendidikan, maka fungsi perpustakaan sekolah lebih berat bobotnya pada pendidikan, keilmuan, dan kebudayaan.[14]
Tugas perpustakaan secara garis besar ada tiga (Sutanto NS : 2005, 61), yaitu :
a.       Tugas menghimpun informasi, meliputi kegiatan mencari, menyeleksi, mengisi perpustakaan dengan sumber informasi yang memadai/lengkap baik dalam arti jumlah, jenis, maupun mutu yang disesuaikan dengan kebijakan organisasi, ketersediaan dana, dan keinginan pemakaian mutakhir.
b.      Tugas mengelola, meliputi proses pengolahan, penyusunan, penyimpanan, pengemasan agar tersusun rapi, mudah ditelusuri kembali (temu balik informasi) dan diakses oleh pemakai, dan merawat bahan pustaka. Pekerjaan pengolahan mencakup pemeliharaan atau perawatan agar seluruh koleksi perpustakaan tetap dalam kondisi bersih, utuh, dan baik. Sedangkan kegiatan mengelola dalam pengertian merawat adalah kegiatan yang dilakukan dalam rangka preservasi dan konservasi untuk menjaga nilai-nilai sejarah dan dokumentasi.
c.       Tugas memberdayakan dan memberikan layanan secara optimal. Perpustakaan, sebagai pusat informasi yang menyimpan berbagai ilmu pengetahuan, memberikan layanan informasi yang ada untuk diberdayakan kepada masyarakat pengguna, sehingga perpustakaan menjadi agen perkembangan ilmu pengetahuan dan informasi, teknologi dan budaya masyarakat. Termasuk dalam tugas ini adalah upaya promosi dan publikasi serta sosialisasi agar masyarakat pengguna mengetahui dengan jelas apa yang ada dan dapat dimanfaatkan dari perpustakaan.[15]
Perpustakaan sekolah mempunyai empat fungsi umum, yaitu edukatif, informatif, kreasi dan riset atau penelitian sederhana.[16]
a.       Fungsi edukatif
Secara keseluruhan segala fasilitas dan sarana yang ada pada perpustakaan sekolah, terutama koleksi yang dikelolanya banyak membantu para siswa sekolah untuk belajar dan memperoleh kemampuan dasar dalam mentransfer konsep-konsep pengetahuan.
Fungsi ini erat kaitannya dengan pembentukan manusia pembangunan yang berkualitas di masa yang akan datang.
Dilihat dari segi pelaksanannya, semua anggota masyarakat yang berada di sekolah tempat perpustakaan sekolah bersangkutan bernaung, mempunyai hak yang sama untuk memanfaatkan segala fasilitas yang disediakan oleh perpustakaan sekolah.
b.      Fungsi informatif
Fungsi ini berkaitan dengan mengupayakan penyediaan koleksi perpustakaan yang bersifat “emberi tahu” akan hal-hal yang berhubungan dengan kepentingan para siswa dan guru.
c.       Fungsi rekreasi
Fungsi ini bukan yang utama dalam pembangunan perpustakaan sekolah, namun fungsi ini merupakan pelengkap guna memenuhi kebutuhan sebagian anggota masyarakat sekolah akan hiburan intelektual.
d.      Fungsi riset atau penelitian
Koleksi buku perpustakaan sekolah bisa dijadikan bahan untuk membantu dilakukannya kegiatan penelitian sederhana.

2.      Pengertian Layanan

Layanan atau to service,di sebuah perpustakaan berbeda dengan layanan pada kegiatan kemasyarakatan yang lain. Seperti layanan kesehatan, layanan
3.      Sistem Layanan Perpustakaan
Terdapat 3 sistem layanan perpustakaan [17]:
a.       Sistem Layanan Terbukan (open Acces)
Sistem layanan ini memberikan kebebasan kepada pamakai untuk mencari dan menemukan bahan pustakan yang diperlukan secara langsung. Tujuan sistem ini layanan terbuka adalah memberikan kesempatan kepada pemakai untuk mendapatkan koleksi seluas-luasnya, tidak hanya sekedar membaca-baca, tetapi mengetahui berbagai alternative dari pilihan koleksi yang ada dirak, yang kira-kira dapat mendukung penelitiannya, system layanan terbuka biasanya diterakpkan untuk layanan di perpustakaan umum, perpustakaan sekolah, dan perpustakaan perguruan tinggi.
Kelebihan sistem layanan terbuka adalah :
1)      Pemakai dapat melakukan pengambilan sendiri bahan pustaka yang dikehendaki dari jajaran koleksi.
2)      Pemakai dilatih untuk dapat dipercaya dan diberi tanggung jawab terhadap terpeliharanya koleksi yang dimiliki perpustakaan.
3)      Pemakai akan merasa lebih puas karena ada kemudahan dalam menemukan bahan pustaka dan alternative lain jika yang dicari tidak ditemukan.
4)      Dalam sistem ini tenaga perpustakaan yang bertugas untuk mengambil bahan pustaka tidak diperlukan, sehingga bisa diberi tanggung jawab di bagian lain.
Kelemahan sistem layanan terbuka adalah :
1)      Ada kemungkinan pengaturan buku di rak penempatakn (jajaran) menjadi kacau karena ketika pengguna melakukan pencarian buku yang diinginkan, buku yang sudah dicabut dari jajaran rak dikembalikan lagi oleh pemaai secara tidak tepat.
2)      Ada kemungkinan buku yang hilang relative lebih besar bila dibandingkan dengan sistem tertutup.
3)      Memerlukan ruang yang lebih luas untuk jajaran koleksi agar pengguna lebih leluasa dalam mencari koleksi perpustakaan.
4)      Membutuhkan keamanan yang lebih baik agar kebebasan untuk mengambil sendiri bahan pustaka dari jajaran koleksi tidak menimbulkan berbagai kerusakan bahan pustaka sepeti kerobekan bahan pustaka bahkan peningkatan kehilangan bahan pustaka.
b.      Sistem layanan tertutup (close acces)
Pada sistem layanan koleksi tertutup, pemakai tidak boleh langsung mencari dan mengambil bahan pustakan di rak, teteapi petugas perpustakaan yang akan mencarikan dan mengambilnya di rak. Dengan menggunakan system ini petugas akan lebih sibuk karena harus mencari bahan pustaka dirak, tertama pada jam-jam sibuk pada saat banyak pemakai yang memerlukan bahan pustakan, oleh karena itu, pemakai harus mencari nomor panggil bahan pustaka melalui catalog yang disediakan.
Kelebihan sistem layanan tertutup adalah :
1)      Jajaran koleksi akan tetap terjaga kerapiannya karena hanya petugas perpustakaan yang boleh masuk ke jajaran koleksi.
2)      Kemungkinan terjadinya kehilangan atau kerobekan bahan pustaka dapat ditekankan karena pemakai tidak dapat melakukan akses langsung ke jajaran koleksi.
3)      Ruangan untuk koleksi tidak terlalu luas, karena mobilitas petugas di jajaran koleksi relative rendah.
4)      Untuk koleksi yang sangat rentan terhadap kerusakan maka sistem ini sangat sesuai.
Kelemahan sistem layanan tertutup adalah :
1)      Dalam menemukan bahan pustaka pengguna hanya dapat mengetahui ciri-ciri fisik bahan pustaka yaitu judul, pengarang, ukuran buku, dan jumlah halaman
2)      Judul buku tidak selalu menggambarkan makna pembahasan buku, sehingga bisa saja judul yang telah dipilih, tetapi bahan pustaka .tersebut yang dimaksud oleh pemakai perpustakaan.
3)      Jika peminjam cukup banyak, dan petugas perpustakaan relative terbatas, hal ini membutuhkan waktu dan tenaga yang cukup banyak untuk memenuhi permintaan pemakai perpustakaan dan menyiapkan bahan pustaka yang dibutuhkannya, sehingga pemakai harus menunggu lebih lama.
c.       Sistem layanan campuran (mixed access)
Pada sistem layanan campuran perpustakaan dapat menerpkan dua sistem pelayanan sekaligus, yaitu layanan terbuka dan layanan tertutup. Perpustakaan yang menggunakan sistem ini layanan campuran biasanya memberikan layanan secara tertutup untuk kolsi skripsi, koleksi referens atau tesis, sendankan untuk koleksi lainya menggunak sistem layanan tebuka.
Sistem layanan campuran ini biasanya diterapkan di perpustakaan peruguruan tinggi dan perpustakaan sekolah.
4.      Pembinaan Layanan
Layanan perpustakaan merupakan salah satu kegiatan utama di setiap perpustakaan. Layanan yang baik adalah yang dapat memberikan rasa senang dan puas kepada pemakai. Bentuk rill layanan perpustakaan tersebut adalah :
a)      Layanan yag diberikan sesuai dengan kebutuhan / yang dikehendaki masyarakat pemakai.
b)      Berorientasi kepada pemakai.
c)      Berlangsung cepat waktu dan tepat sasaran.
d)     Berjalan mudah dan sederhana.
e)      Murah dan ekonomis.
f)       Menarik dan menyenangkan, dan menimbulkan rasa simpati.
g)      Bervariatif
h)      Mengundang rasa ingin kembali.
i)        Ramah tamah.
j)        Bersifat informatif, membimbing, dan mengarahkan, tetapi tidak bersifat menggurui.
k)      Mengembangkan hal-hal yang baru / inovatif.
l)        Mampu berkompetisi dengan layanan di bidang yang lain.
m)    Mampu menumbuhkan rasa percaya bagi pemakai dan bersifat mandiri.

5.      Tujuan dan Fungsi Layanan
Tujuan dan fungsi layanan perpustakaan sekolah adalah menyajikan informasi guna kepentingan pelaksanaan proses belajar mengajar dan rekreasi bagi siswa-siswi, dengan menggunakan bahan pustaka yang ada di perpustakaan tersebut. Kegiatan layanan di perpustakaan sekolah meliputi peminjaman buku-buku, melayani kebutuhan pelajar dalam kelas, menyediakan sumber informasi bagi murid dan guru serta tenaga administrasi sekolah, membimbing siswa untuk mahir dalam mencari informasi secara mandiri.
Lasa Hs, Seorang kolomnis Perpustakaan dan Pustakawan Universitas Gajah Mada Yogyakarta, membagi 5 (lima) fungsi perpustakaan sekolah adalah 1) Menunjang proses pendidikan; 2) Mengembangkan minat dan bakat siswa; 3) Mengembangkan minat baca guru dan siswa; 4) Menjadi sumber informasi; 5) Memperoleh bahan rekreasi kultural. Sedangkan dalam Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Nomor: 0103/O/1981, tanggal 11 Maret 1981, membagi beberapa fungsi perpustakaan sekolah sebagai berikut:
a.       Sebagai Pusat kegiatan belajar-mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan seperti tercantum dalam kurikulum sekolah.
b.      Pusat penelitian sederhana yang memungkinkan para siswa mengembangkan kreativitas dan imajinasinya
c.       Pusat membaca buku-buku yang bersifat rekreatif dan mengisi waktu luang (Buku-buku hiburan).
6.      Jenis-jenis Layanan Perpustakaan Sekolah
a.       Layanan Sirkulasi Bahan Pustaka
Kegiatan pada layanan sirkulasi merupakan ujung tombak jasa perpustakaan, karena pada bagian sirkulasi pertama kali harus berhubungan dengan masalah administrasi peminjaman bahan pustaka. Kegiatan peminjaman ini sering dikenal dengan istilah sirkulasi. Bagian sirkulasi berkaitan dengan masalah peredaran koleksi koleksi yang dimiliki perpustakaan.
Menurut Darmono (2001: 141) layanan sirkulasi atau layanan peminjaman dan pengembalian bahan pustaka adalah ”Satu kegiatan di perpustakaan yang melayani peminjaman dan pengembalian buku.” Layanan pengembalian dan peminjam bahan pustaka merupakan kegiatan yang dilakukan hampir semua perpustakaan.
Tujuan layanan sirkulasi adalah memperlancar dan mempermudah proses peminjaman bahan pustaka untuk dibawa pulang oleh pengguna. Pekerjaan pada bagian layanan sirkulasi dibagi menjadi 7 (tujuh) jenis yaitu : pendaftaran peminjaman, prosedur peminjaman, pemungutan denda, pengawasan buku-buku tandon (buku yang dipesan), administrasi peminjaman, statistik peminjaman, dan pinjam antar perpustakaan.
b.      Bimbingan Membaca
Bimbingan membaca merupakan bimbingan, petunjuk atau panduan serta contoh-contoh kepada pengguna jasa perpustakaan tentang cara-cara membaca yang baik, cepat, dan benar dengan menggunakan koleksi dan peralatan perpustakaan.
Tujuan bimbingan pembaca adalah menemukan buku yang cocok bagi pembaca untuk kepentingan pendidikan, pengembangan diri, hiburan, dan lain sebagainya.
c.       Program Layanan Informasi
1)      Jam perpustakaan (Library Hour)
Program ini cocok untuk perpustakaan sekolah, yaitu dengan cara melibatkan siswa dalam kegiatan penyelidikan tentang berbagai jenis subjek yang berhubungan dengan kurikulum sekolah. Semua kegiatan tersebut harus dilakukan di perpustakaan sekolah. Program ini dapat dilakukan setiap minggu dengan cara bergiliran untuk tiap bidang studi. Dan seiring dengan program “Hari Buku” setiap hari Sabtu berkelanjutan pada era tahun 1980-an.
2)      Jam Bercerita ( Story Hour )
Program ini merupakan kegiatan layanan untuk anak-anak, baik diperpustakaan umum maupun di perpustakaan sekolah. Layanan ini bermaksud memperkenalkan buku atau bahan bacaan lainnya yang ada di perpustakaan melalui cerita. Sumber cerita diambil dari buku yang ada di perpustakaan. Kegiatan ini dapat dilakukan secara rutin tiap minggu dan cerita yang diambil harus bervariasi.
3)      Layanan Audio Visual
Layanan ini menyediakan sarana pandang dengar atau bahan khusus yang sering disebut juga bahan non buku (non books material)). Kehadiran koleksi ini untuk memperkaya bahan pustaka dan memungkinkan perpustakaan memberikan layanan yang lebih beragam kepada pengguna perpustakaan sekolah. Koleksi ini menyajikan materi berupa rekaman suara, gambar hidup dan rekaman video, CD, DVD, bahan grafika (foto dan slide), bahan kartografi, mikro form, (mikro film, dan mikro fich) dan Sarana televisi dan DVD Player lainnya.
4)      Layanan Internet (Warintek)
Berdasarkan kemajuan teknologi komunikasi dan teknologi informasi yang begitu cepat perkembangannya dan ledakan informasi yang mengglobal sehingga sulit dibendung, maka peran dan kehadiran layanan internet dan warintek di sekolah-sekolah sangat dibutuhkansebagai sarana penelusuran informasi cepat dan interaktif. Sehubungan dengan itu dengan diterapkannya Kurikulum Berbasis Kompetensi yang memuat mata pelajaran Teknologi Kumunikasi dan Informasi mulai kelas VII sampai dengan kelas IX. Mata pelajaran ini memerlukan kegiatan aplikasi materi yang diperoleh siswa-siswa dalam kelas maka tentu harus di praktikkan lansung dan memerlukan latihan di laboratorium atau di ruangan audio vosual perpustakaan.
5)      Layanan Silang Layan
Perpustakaan yang satu memberikan jasa referens atas pertanyaan yang berasal dari perpustakaan yang lain. Pinjam antar perpustakaan berarti perpustakaan yang satu meminjam bahan pustaka yang tidak dimiliki ke perpustakaan lain yang memilki bahan pustaka yang diperlukan pengguna. Sistem dan cara seperti ini dapat dilakukan dengan bekerjasama Perpustakaan Keliling, Mobil Pintar, Taman Bacaan lainnya yang ada di wilayah masing-masing.
6)      Layanan Terpusat Perpustakaan Sekolah
Perpustakaan yang dikelola oleh beberapa sekolah yang berada dalam satu lingkungansekolah yang tidak terlalu berjauhan lokasi antar sekolah yang satu dengan sekolah yang lain. Dengan demikian perpustakan tersebut diharapkan dapat melayani semua jenis sekolah yang berlokasi di sekitar perpustakaan. Jadi hanya ada satu perpustakaan untuk melayani beberapa sekolah.

B.     MINAT BACA
1.      Pengertian Minat Baca
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2001: 744), kata minat  memiliki arti kecenderungan hati yang tinggi terhadasesuatu, gairah, keinginan. Jadi harus ada sesuatu yang ditimbulkan, baik dari dalam dirinya maupun dari luar untuk menyukai sesuatu. Hal ini menjadi sebualandasan pentinuntuk  mencapai keberhasilan sesuatu  karena dengan adanya minat, seseorang menjadi termotivasi tertarik untuk melakukan sesuatu.[18]
Minat ditandai dengan rasa suka dan terkait pada suatu hal atau aktivitas  tanpa  ada  yang  menyuruh. Artinya,  harus  ada  kerelaan dari seseorang untuk melakukan sesuatu yang disukai. Dengan demikian, timbulnya minat terjadi karena adanya penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu diluar dirinya. Semakin kuat atau semakin besar hubungan tersebut maka semakin dekat minat seseorang.
Menurut   Hurlock   (Hermant Blogs 2011) mengartika minat sebagai sumber motivasi yang akan mengarahkan seseorang pada apa yang akan mereka lakukan bila diberi kebebasan untuk memilihnya. Bila mereka melihat sesuatu itu mempunyai arti bagi dirinya, maka mereka akan tertarik terhadap sesuatu itu yang pada akhirnya nanti akan menimbulkan kepuasan bagi dirinya.
2.      Faktor yang Mempengaruhi Minat
Sujanto (1986) mengatakan bahwa minat dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
a.       Pengetahuan, yaitu untuk mengetahui pada diri seseorang maka sangat diperlukan adanya pengetahuan atau informasi tentang kegiatan atau objek yang diminatinya.
b.      Pengamatan, adalah proses mengenal dunia luar dengan menggunakan indera.
c.       Tanggapan, yaitu gambaran pengamatan yang ditinggal dikesadaran sesudah mengamati.
d.      Persepsi, yaitu menyangkut masuknya pesan atau informasi kedalam otak manusia.
e.       Sikap, adalah kesadaran diri manusia yang menggerakkan untuk bertindak menyertai manusia dalam menanggapi objek.

Secara sederhana membaca dapat didefinisikan sebagai “proses mengambil makna dari bahasa tulis”. Membaca merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa, yakni mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.[19]
Menurut Farida Rahim (2008: 28), minat baca adalah keinginan yang kuat  disertai usaha-usaha  seseorang  untuk  membaca.  Seseorang  yang mempunyai minat membaca yang kuat akan diwujudkan dalam kesediaannya untuk mendapat bahan bacaan dan kemudian membacanya atas kesadarannya sendiri.
Menurut seorang periset Amerika Jeanne S. Chall dalam Stages Of Reading Development membaca, sesuai tingkat usia dan pengalaman pendidikannya, digolongkan dalam enam tingkatan ideal, yakni :
1.      Tingkat 0 : Pre-reading dan pseudo-reading, 6 tahun ke bawah.
2.      Tingkat 1 : membaca awal dan decoding, 6-7 tahun.
3.      Tingkat 2 : konfirmasi dan kelancaran, 7-8 tahun.
4.      Tingkat 3 : membaca untuk belajar, 9-14 tahun.
5.      Tingkat 4 : kerumitan dan kompleksitas, 14-17 tahun.
6.      Tingkat 5 : konstruksi dan rekonstruksi, 18 tahun ke atas.




BAB III
METODE PENELITIAN
A.    TIPE PENELITIAN
Penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu untuk memperoleh deskripsi data mengenai bagaimana pelayanan perpustakaan di SMK YMJ Ciputat.
Penelitian deskriptif merupakan suatu penelitian yang diupayakan untuk mengamati permasalahan secara sistematis dan akurat mengenai fakta dan sifat objek tertentu. Penelitian deskriptif ditujukan untuk memaparkan dan menggambarkan fakta-fakta berdasarkan carapandang atau kerangka berpikir tertentu.[20]
Ada beberapa alasan menggunakan metode deskriptif. Salah satu diantaranya adalah behwa metode ini telah digunakan secara luas dan dapat meliputi lebih banyak segi dibanding dengan metode-metode lain. Kemudian metode ini banyak memberikan sumbangan kepada ilmu pengetahuan melalui pemberian informasi keadaan mutakhir, dan dapat membantu dalam mengidentifikasi faktor-faktor yang berguna untuk pelaksanaan percobaan. Selanjutnya, metode ini dapat digunakan dalam menggambarkan keadaan-keadaan yang mungkin terdapat dalam situasi tertentu (Sevilla, 1993 : 72-73).
B.     PENELITIAN KUALITATIF
Penelitian kualitatif merupakan suatu pendekatan dalam melakukan penelitian yang berorientasi pada fenomena atau gejala yang bersifat alami. Karena orientasinya demikian, sifatnya mendasar dan naturalistis atau bersifat kealamian, serta tidak bisa dilakukan di laboratorium, melainkan di lapangan.[21]
Penelitian kualitatif yakni proses penelitian yang bertujuan memahami suatu masalah kemanusiaan atau kemasyarakatan, yang didasarkan pada penyusunan suatu gambaran yang kompleks dan holistik menurut pandangan yang rinci dari para informan, serta yang dilaksanakan di tengah setting alamiah (Creswell, 1994).
Peneliti kualitatif  percaya bahwa kebenaran adalah dinamis dan dapat ditemukan hanya melalui penelaahan terhadap orang-orang melalui interaksinya dengan situasi sosial mereka (Danim, 2002)[22].

C.    SUBJEK DAN OBJEK PENELITIAN
Subjek pada penelitian ini adalah perpustakaan SMK YMJ Ciputat dan objek yang diambil hanya bagian pengelola perpustakaan saja serta melakukan pengamatan terhadap siswa siswi SMK YMJ Ciputat yang melakukan kunjungan perpustakaan.
D.    WAKTU PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan selama 1 minggu mulai dari tanggal 2 Desember 2013 sampai 7 Desember 2013. Penulis memilih hari Kamis dan Jum’at untuk melakukan wawancara terhadap pengelola perpustakaan sekaligus melakukan observasi pengamatan kepada subjek yang diteliti. Alasan memilih hari tersebut karena ketersediaan pengelola perpustakaan meluangkan waktu untuk melakukan wawancara, karena berlangsung dengan akan diadakannya Ujian Akhir Semester pada sekolah tersebut. Namun dalam pelaksanaan observasi (pengamatan secara langsung) dilakukan mulai dari sebelum hari kamis dan bahkan peneliti ikut terjun langsung melakukan kegiatan pelayanan prima di perpustakaan SMK YMJ Ciputat.

E.     METODE PENGUMPULAN DATA
Dalam suatu penelitian selalu terjadi proses pengumpulan data. Proses pengumpulan data tersebut dapat dilakukan dengan teknik-teknik tertentu. Pengumpulan data merupakan langkah yang paling penting dalam suatu penelitian, karena pengumpulan data merupakan proses pengadaan data primer untuk keperluan penelitian yang bersangkutan. Permasalahan dalam penelitian akan memberikan arah dan mempengaruhi metode yang akan diambil dalam pengumpulan data.
Merode pengumpulan data yang digunakan oleh penulis adalah :
1.      Observasi
Observasi adalah suatu cara pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap suatu obyek dalam suatu periode tertentu dan mengadakan pencatatan secara sistematis tentang hal-hal tertentu yang diamati. Banyaknya periode observasi yang perlu dilakukan dan panjangnya waktu pada setiap periode observasi tergantung kepada jenis data yang dikumpulkan. Apabila observasi itu akan dilakukan pada sejumlah orang, dan hasil observasi itu akan digunakan untuk mengadakan perbandingan antar orang-orang tersebut, maka hendaknya observasi terhadap masing-masing orang dilakukan dalam situasi yang relatif sama.[23]
Dalam pengertian yang luas observasi juga meliputi pengamatan yang dilakukan secara tidak langsung dimana pengamatan itu juga menggunakan alat-alat penolong baik yang sudah dipersiapkan sebelumnya maupun yang diadakan khusus untuk keperluan terebut.
Dalam penelitian sosial atau penelitian pelaksanaan / terapan, observasi bertujuan untuk melihat, merasakan dan mengerti sifat yang luas mengenai unsur-unsur yang signifikan dalam gejala-gejala sosial, organisasi, administrasi, kebijakan yang kompleks, pola-pola kebudayaan dan tabiat manusia.[24]
Terdapat tiga jenis observasi antara lain : observasi partisipan, observasi sistimatis, dan observasi eksperimental. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan observasi partisipan, karena disini peneliti meneliti tentang pelayanan perpustakaan dalam meningkatkan minat baca siswa, dimana siswa siswi itu merupakan suatu kelompok-kelompok sosial dalam skala besar.
2.      Wawancara
Secara umum yang dimaksud wawancara adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilaksanakan dengan tanya jawab secara lisan, sepihak, berhadapan muka dan dengan arah tujuan yang telah ditentukan. Ada dua jenis wawancara yang dapat dilakukan dalam kaitannya dengan pengumpulan data penelitian yaitu :
a.       Wawancara terpimpin (guided interview) yang juga dikenal dengan sebutan wawancara berstruktur atau wawancara sistematis.
b.      Wawancara tidak terpimpin (un-guided interview) yang dikenal dengan istilah wawancara sederhana atau wawancara bebas.
Wawancara yang dilakukan pada penelitian ini adalah wawancara berstruktur, membuat daftar pertanyaan dan menyakan sesuai dengan urutan daftar pertanyaan yang telah dibuat. Wawancara dilakukan dengan pengelola perpustakaan SMK YMJ Ciputat. Hal ini dilakukan untuk mengetahui respon pengelola tentang perpustakaan yang dikelolanya yang kemudian akan diambil kesimpulan mengenai masalah yang diteliti.
Teknik wawancara ini sengaja dipilih karena wawancara merupakan komunikasi secara langsung dalam bentuk tanya jawab dalam hubungan tatap muka, sehingga gerak dan mimik informan merupakan pola media yang melengkapi kata-kata secara verbal. Keuntungan lain dari teknik pengumpulan data dengan menggunakan wawancara tidak hanya menangkap pemahaman atau ide saja, akan tetapi juga dapat menangkap perasaan, pengalaman, emosi, motif yang dimiliki responden yang bersangkutan.
F.     METODE PENGOLAHAN DATA
Setelah proses pengumpulan data selesai, langkah yang akan dilakukan selanjutnya ada mengolah data yang telah didapatkan. Pengolahan data ini merupakan aspekyang penting di dalam metode ilmiah, karena dalam hal ini metode tersebut dapat memberikan makna yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian. Tahap-tahap yang dilakukan dalam pengolahan data hasil penelitian yaitu :
1.      Melakukan organisasi data agar tersusun secara rapi dan sistematis.
2.      Melakukan analisis awal untuk dapat mensistematisasi data secara lengkap dan mendetail sehingga dapat memunculkan gambaran tentang topik yang diteliti.
3.      Menganalisis data dengan kepekaan teoritis yang mengacu pada kemampuan untuk memperoleh pemahaman, memberi makna pada data, dan memilah mana yang penting dan mana yang tidak serta pemahaman konseptual tentang data.
4.      Melakukan interpretasi.



[1] Visi Hernandono, Strategi dan Pemikiran Perpustakaan, Sagung Seto, Jakarta : 2001, Hlm. 207
[2] Sulistia, Haroyono, dan Adi Pranoto, Manajemen Perpustakaan Sekolah, Universitas Terbuka, Jakarta : 2002, Hlm. 9
[3] Dini, Kumiasari, Sistem Perpustakaan Sekolah, http://kolordwijo.wordpress.com/2009
[4] Sutarno NS., Manajemen Perpustakaan suatu pendekatan praktis, Cetakan kedua, Sagung Seto, Jakarta : 2006, Hlm. 11
[5] Sulistia, Haroyono, dan Adi Pranoto, Manajemen Perpustakaan Sekolah, Universitas Terbuka, Jakarta : 2002, Hlm. 3
[6] Suwarno. Wiji, Dasar-dasar Ilmu Perpustakaan, Ar-Ruzz Media, Jakarta : 2007, Hlm. 11
[7] http://www.pemustaka.com/pengertian-tujuan-dan-peran-perpustakaan dikutip pada hari kamis tanggal 28 November 2013 pukul 08.16 WIB
[8] Sudarnoto, Pengantar Manajemen Perpustakaan Madrasah, Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta : 2006, Hlm. 31
[9] Sudarnoto, Pengantar Manajemen Perpustakaan Madrasah..., Hlm. 32
[11] Wiji Suwarno, Psikologi Perpustakaan, CV Agung Seto, Jakarta : 2009, Hlm. 9
[12] Wiji Suwarno, Psikologi Perpustakaan..., Hlm. 37-38
[13] Wiji Suwarno, Dasar-dasar Ilmu Perpustakaan..., Hlm. 43
[14] Sudarnoto, Pengantar Manajemen Perpustakaan Madrasah..., Hlm. 34
[15] Suwarno. Wiji, Dasar-dasar Ilmu Perpustakaan... Hlm. 45-46
[16] Pawit M Yusuf & Yaya Suhendar, Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah, Kencana, Jakarta : 2007, Hlm. 4-6
[17] http://basejame.wordpress.com/syestem-layanan-perpustakaan/ dikutip pada senin, tanggal 9 Desember 2013 pukul 08.28
[18] https://www.google.com/#q=pengertian+minat+baca dikutip pada hari kamis tanggal 28 November 2013 Pukul 08.51 WIB.
[19] Joko D Muktiono, Aku Cinta Buku, Menumbuhkan Minat baca pada anak, Jakarta : PT Elex Media Komputindo, 2003, Hlm. 23
[20] Pupuh, Fathurrahman, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung : Pustaka Setia, 2011 hlm. 100
[21] Pupuh, Fathurrahman, Metode Penelitian Pendidikan..., Hlm. 89
[22] http://belajarpsikologi.com/metode-penelitian-kualitatif/ dikutip pada hari sabtu, tanggal 7 November 2013 pukul 22.53
[23] http://www.bloggerlombok.com/2011/11/metode-observasi.html dikutip pada hari senin, 9 Desember 2013 pukul 11.19 wib.
[24] Badan Penelitian dan Pengembangan, Metode Penelitian Sosial (Terapan dan kebijaksanaan), Departemen Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, 2000, Hlm. 54