BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Sistem
memperoleh masukan mentah dan masukan instrumental. Bahan baku kemudian diolah
oleh masukan instrumental dalam sistem dan menghasilkan keluaran. Perusahaan
sebagai system memperoleh berbagai bahan baku yang diperlukan, yang diolah oleh
tenaga kerja dengan menggunakan mesin dan peralatan lainnya (masukan
instrumental) sehingga dapat menghasilkan barang atau jasa sebagai produknya.
Manusia
merupakan anggota lebih dari satu kelompok sosial. Dalam melakukan kegiatan di
setiap kelompok, manusia dapat mengalami stres. Stres yang dialami sebagai
hasil kegiatannya di setiap kelompok saling menunjang.
B. RUMUSAN
MASALAH
1.
Apakah
pengertian dari stres dan stres kerja itu?
2.
Seperti
apakah pembangkit stres itu?
3.
Bagaimanakah
manajemen stres itu?
C. TUJUAN
PENULISAN
Adapun
tujuan penulisan makalah ini adalah :
1.
Untuk
memenuhi tugas pada mata kuliah “Psikologi Organisasi”.
2.
Untuk
mengetahui seperti apakah stres itu.
3.
Untuk
mengetahui pembangkit stres serta,
4.
Mengetahui
bagaimana manajemen stres.
D. MANFAAT
PENULISAN
Dapat
menambahkan ilmu atau wawasan kepada mahasiswa-mahasiswa KI-Manajemen
Pendidikan serta dapat mengetahui pembuatan karya tulis yang benar.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Stres dan Stres Kerja
1. Pengertian
Stres
Charles D.
Speilberger menyebutkan bahwa stress adalah tuntutan-tuntutan eksternal
mengenai seseorang, misalnya objek-objek dalam lingkungan atau suatu stimulus
yang secara objektif adalah berbahaya.[1]
Stress juga biasa diartikan sebagai tekanan, ketegangan atau gangguan tidak
menyenangkan yang berasal dari luar diri seseorang. Menurut Dr. Hans Selye,
guru besar emeritus (purnawirawan) dari Universitas
Montreal dan “penemu” stres, stress merupakan suatu
abtraksi yakni di mana
orang tidak bisa melihat di mana
orang sedang stress akan tetapi dia mengetahui akibat dari stress . Menurutnya ada
tiga tahapan bisa dikatakan stress yakni :[2]
a.
Alarm (tanda bahaya)
Organisme berorientasi
terhadap tuntutan yang diberikan oleh lingkungannya dan mulai menghayatinya
sebagai ancaman.
b.
Resistance (Perlawanan)
Organisme memobilisasi
sumber-sumbernya (kemampuan) supaya mampu menghadapi tuntutan.
c.
Exhaustion (Kehabisan tenaga)
Jika tuntutan berlangsung terlalu lama, maka
sumber-sumber penyesuaian ini mulai habis dan organisme mencapai tahap
terakhir.
Selye mengatakan jika reaksi badan
tidak cukup, berlebihan, atau salah, maka reaksi badan itu sendiri dapat
menimbulkan penyakit. Hal ini dinamakan diseases of adaptation (penyakit dari
adaptasi), karena penyakit-penyakit tersebut lebih disebabkan oleh reaksi
adaptif yang kacau dari badan kita daripada oleh hasil yang merusak langsung
dari penimbul stress.[3]
Pada
umumnya kita merasakan bahwa stress merupakan kondisi yang negatif, suatu
kondisi yang mengarah ketimbulnya penyakit fisik ataupun mental, atau mengarah
ke prilaku yang tak wajar. Stres itu
bisa menguras kesehatan orang, dan kekuatannya, tanda
berlebih ialah mudah tersinggung, kelelahan fisikal dan mental, ketidaktegasan,
dan hubungan interpersonal yang menegangkan.
Ada beberapa pendapat yang mengemukakan tentang stress
:
Cary Cooper dan
Alyson Straw (1995) mengemukakan gejala stress dapat berupa tanda-tanda berikut
ini :
a.
Fisik,
yaitu nepas memburu, mulut dan kerongkongan mongering, tangan lembab, merasa
panas, otot-otot tegang, pencernaan terganggu, sembelit, letih yang tidak
beralasan, sakit kepala, salah urat, dan gelisah.
b.
Perilaku,
yaitu perasaan bingung, cemas dan sedih, cemas dan sedih, jengkel, salah paham,
tidak berdaya, tidak mampu berbuat apa-apa, gelisah, gagal, tidak menarik,
kehilangan semangat, sulit konsentrasi, sulit brfikir jernih, sulit membuat
keputusan, hilangnya kreativitas, hilangnya gairah dalam berpenampilan dan
hilangnya minat terhadap orang lain.
c.
Watak
dan kepribadian, yaitu sikap hati-hati menjadi cermat yang berlebihan, cemas
menjadi lekas panic, kurang percaya diri menjadi rawan, penjengkel menjadi
meledak-ledak.[4]
2. Pengertian
Stres Kerja
Gibson mengemukakan bahwa stres kerja di
konseptualisasi dari beberapa titik pandang, yaitu stres sebagai stimulus,
stres sebagai respons dan stress sebagai stimulus-respons. Stephen P. Robbins
mengemukakan bahwa stress sebagai suatu kondisi dinamis di mana individu
dihadapkan pada kesempatan, hambatan dan keinginan serta hasil hasil yang
diperoleh.
Stres kerja dapat timbul karena tuntutan lingkungan
dan tanggapan setiap individu dalam menghadapinya dapat berbeda. Masalah stres
kerja di dalam organisasi perusahaan menjadi gejala yang penting diamati sejak
mulai timbulnya tuntutan untuk efisien di dalam pekerjaan. Akibat adanya stres
kerja tersebut yaitu orang menjadi nervous, merasakan kecemasan yang kronis,
peningkatan ketegangan pada emosi, proses berfikir dan kondisi fisik individu.
Selain itu, kinerja karyawan mengalami beberapa gejala yang dapat mengancam dan
mengganggu pelaksanaan kerja mereka, seperti : mudah marah dan agresif, tidak
dapat relaks, emosi yang tidak stabil, sikap tidak mau bekerja sama, perasaan
tidak mampu terlibat, dan kesulitan dalam masalah tidur.[5]
3. Tanda-tanda
Stres
Stress akan mempunyai
dampak pada suasana hati, otot kerangka dan organ-organ dalam tubuh. Adapun tanda-tanda stress adalah
sebagai berikut :[6]
a.
Tanda Suasana Hati
(Mood):
MenjadiOverexicited
1.
Cemas
2.
Merasa tidak pasti
3.
Sulit
tidur pada malam hari
4.
Menjadi mudah bingung dan lupa
5.
Menjadi sangat tidak enak dan gelisah
6.
Menjadi
gugup
b.
Tanda-tanda Otot kerangka:
1.
Jari-jari dan tangan gemeter
2.
Tidak dapat duduk diam atau diri di
tempat
3.
Mengembangkan gerak tidak sengaja
4.
Kepala
mulai sakit
5.
Merasa otot menjadi tegang dan kaku
6.
Menggagap
jika berbicara
7.
Leher menjadi kaku
c. Tanda-tanda Organ-organ dalam badan:
1. Perut
terganggu
2. Merasa
jantung berdebar
3. Banyak
berkeringat
4. Tangan
berkeringat
5. Merasa
kepala ringan atau akan pingsan
6. Mengalami
kedinginan
7. Wajah
menjadi panas
8. Mulut
menjadi kering
9. Mendengar
bunyi berdering dalam kuping
10. Mengalami
“rasa akan tenggelam “ dalam perut
B. Pembangkit
Stres
Setiap aspek pekerjaan dapat membangkitkan stress ,
adapun beberapa faktor
pembangkit stres adalah :[7]
a. Kondisi
Kondisi dapat menentukan prestasi kerja yang optimal
akan tetapi di samping itu kondisi kerja memiliki dampak pula tetrhadap
kesehatan mental dan keselamatan kerja seorang tenaga kerja, kondisi fisik
kerja mempunyai pengaruh terhadap kondisi dan psikologis diri seorang tenaga
kerja , kondisi fisik dapat merupakan pembangkit stres.
Bising pun dapat menimbulkan gangguan maupun
gangguan sementara terhadap alat pendengaran kita akan tetapi juga merupakan
sumber stress yang menyebabkan peningkatan dari etidak siagaan dan ketidak
seimbangan psikologis kita, kemudian vibrasi
juga merupakan sumber stress yang kuat yang mengakibatkan peningkatan perubahan
dari berfungsinya seseorang, kemudian Hygiene: lingkungan kotor dan tidak sehat
pun merupakan salah satu pembangkit stress
karena hal ini merupakan faktor tinggi pembangkit stress
b.TuntutanTugas
Penelitian menunjukan bahwa kerja shift merupakan
sumber utama dari stress bagi para pekerja pabrik , para pekerja shift lebih
sering mengeluh tentang kelelahan dan gangguan perut dari pada para pekerja
pagi dan siang karena pekerja shift yang terhadap kebiasaan makan yang dapat
mengganggu perut, dan pengaruhnya adalah emosional dan bioligikal karena gangguan dari tidur pun
tidak teratur , dri pola suhu dan dari
ritme pengeluaran adrenalin. Beban kerja merupakan salah satu penimbul stress ,
Beban kerja yang berlebihan ataupun yang terlalu sedikit yang merupakan
pembangkit stress ,beban kerja dapat dibedakan yaitu kedalam beban kerja
berlebih/terlalu sedikit ‘kuantitatif’, yang timbul sebagai akhibat dari
tugas-tugas yang terlalu banyak /sedikit , dan beban kerja berlebih/terlalu
sedikit ‘kualitatif’orang merasa tidak mampu untuk melakukan suatu tugas.
Menurut Everly dan Girdano membagi beban kerja
yaitu,pertama kombinasi dari beban berlebih kuantitatif dan kualitatif.
Penjelasan lebih lanjut:[8]
1.
Beban berlebih kuantitatif
Beban
berlebih secara fisikal ataupun mental, yaitu harus melakukan terlalu banyak
hal, merupakan kemungkinan sumber stress pekerjaan, beban ini disebabkan oleh
desakan waktu.
2.
Beban terlalu sedikit kuantitatif
Beban
kerja terlalu sedikit juga dapat mempengaruhi kesejahteraan psikologis
seseorang. Kemajuan teknologi dan peningkatan otomatis dalam industri di satu
dalam pihak dapat mengarah pada makin menjadinya majemuk pekerjaan, dilain
pihak, pada tingkat teknologi menengah, mengarah pada penyerderhanaan
pekerjaan. Karena bisa timbul kebosanan karena pekerjaan rutin yang dapat
menghasilkan kurangnya perhatian.
3.
Beban berlebihan kualitatif
Dengan
kemajuan teknologi makin dirasakan kehidupan menjadi lebih jenuh , pekerjaan
yang sederhana yang dilakukan dengan
tangan makin banyak tidak dilakukan manual . Kemajemukan pekerjaan
mengakhibatkan beban kelebihan kualitatif, makintinggi kemajemukan makin tinggi
stresnya.
4.
Beban terlalu sedikit kualitatif
Beban
terlalu sedikit kualitatif disebabkan karena adanya rangsangan akan mengarah ke
semangat dan motivasi yang rendah untuk kerja. Tenaga kerja akan merasa bahwa
dia tida maju-maju dan merasa tidak berdaya untuk memperlihatkan bakat dan
ketrampilannya.
5.
Beban berlebihan kuantatif dan kualitatif
Proses
pengambilan keputusan merupakan satu kombinasi yang unik dari faktor-faktor
yang dapat mengarah ke berkembangannya kondisi-kondisi beban berlebih
kuantitatif dan kualitatif pada waktu yang sama.
Faktor-faktor berikut
ini yang menentukan derajat besarnya stress dalam proses pengambilan keputusan (Every &
Girdano, 1980):[9]
1.
Pentingnya akhibat-akhibat dari
keputusan
2.
Derajat kemajemukan keputusan
3.
Kelengkapan informasi yang dimiliki
4.
Yang bertanggung jawab terhadap
keputusan
5.
Jumlah waktu yang diberikan untuk proses
pengambilan keputusan
Pentingnya
akibat keputusan itu menentukan derajatnya besarnya stres, misalnya memutuskan
untuk membuka untuk membuka cabang lebih besar stressnya daripada memutuskan
dimana makan siang, karena resikonya lebih besar. Kalau gagal cabangnya berarti
rugi besar, bahkan mungkin harus tutup perusahaannya. Kemajemukan kerja akan
menimbulkan stress. Jumlah dari stress yang terlibat dalam proses pengambilan
keputusan dapat diungkapkan sebagai berikut:
Stres
pengambilan keputusan =
Kepentingan + Kemajemukan + Kurang
Informasi + Tanggung Jawab + Kurang
Waktu + Kurang
kepercayaan.
C. Manajemen
Stres
Stress dalam
pekerjaan dapat dicegah timbulnya dan dapat dihadapi tanpa memperoleh dampaknya
yang negative. Memanajemeni stres berarti berusaha mencegah timbulnya stres,
meningkatkan ambang stress dari individu dan menampung akibat fisiologikal dari
stress.[10]
Memanajemeni
stress bertujuan untuk menegah berkembangnya stress jangka pendek menjadi
stress jangka panjang atau stress yang kronis. Kita tidak selalu berhasil untuk
mencegah stress.
Pandangan interaktif
mengatakan bahwa stres ditentukan oleh faktor-faktor di lingkungan dan faktor-faktor
dari individunya. Dalam memanajemeni stress dapat diusahakan untuk :
a.
Mengubah
faktor-faktor di lingkungan agar tidak
merupakan pembangkit stres.
b.
Mengubah
faktor –faktor dalam individu agar :
Ø
Ambang
stres meningkat, tidak cepat merasakan situasi yang dihadapi sebagai penuh
stress.
Ø
Toleransi
terhadap stres meningkat, dapat lebih lama bertahan dalam situasi yang penuh
stres, tidak cepat menunjukan akibat yang merusak dari stres pada badan. Dapat
mempertahankan kesehatannya.
Teknik-teknik yang dapat di gunakan adalah :
1.
Kerekayasaan
organisasi.
2.
Kerekayasaan
kepribadian (peningkatan kecakapan dan perubahan kebutuhan dan nilai-nilai).
3.
Teknik
penenangan pikiran.
4.
Teknik
penenangan melalui aktivitas fisik.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Stres
adalah tuntutan-tuntutan eksternal yang mengenai seseorang. Misalnya
objek-objek dalam lingkungan atau suatu stimulus yang secara objektif adalah
berbahaya. Stres juga bias diartikan sebagai tekanan, ketegangan atau gangguan
yang tidak menyenangkan berasal dari luar diri seseorang.
Stres
merupakan suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berpikir dan
kondisi seseorang dimana ia terpaksa memberikan tanggapan melebihi kemampuan
penyesuaian dirinya terhadap suatu tuntutan ekternal (lingkungan).
Pembangkit
stres antara lain adalah :
1.
Faktor
intrinsik dalam pekerjaan
2.
Peran
individu dalam organisasi
3.
Pengembangan
karier.
4.
Hubungan
dalam pekerjaan.
5.
Struktur
dan iklim organisasi.
6.
Tuntutan
dari luar organisasi.
7.
Cirri-ciri
individu.
Manajemen
Stres bertujuan untuk mencegah berkembangnya stres jangka pendek dan stres
jangka panjang atau stres yang kronis.
Dalam
memanajemeni stres, teknik-teknik yang dapat digunakan adalah :
1.
Kerekayasaan
organisasi.
2.
Kerekayasaan
kepribadian.
3.
Teknik
penenangan pikiran.
4.
Teknik
penenangan melalui aktivitas fisik.