SIBERNETIKA
KATA
PENGANTAR
Assalamu’alaikum.Wr.Wb
Segala
puja puji syukur, kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan anugrah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Sibernetika”. Shalawat dan salam tidak lupa kami curahkan
kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari
zaman kegelapan hingga zaman
terang menderang seperti yang kita rasakan
pada saat ini.
Pada
kesempatan ini, tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Ali
Nurdin, M.Pd selaku dosen pembimbing mata kuliah Teori Sistem, serta
terimakasih pula kepada teman-teman yang telah turut serta memberikan saran dan
kritik yang bersifat membagun dalam makalah ini.
Kami
menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena
itu, kami mohon maaf atas kekurangannya.
Akhir
kata, penulis berharap makalah ini benar-benar bermanfaat bagi kita semua,
Amin.
Wassalamu’allaikum.Wr.Wb
Jakarta, 27
September 2011
Penulis
DAFTAR
ISI
Kata
pengantar.......................................................................................................................
Daftar
isi..................................................................................................................................
BAB
I PENDAHULUAN......................................................................................................
BAB
II PEMBAHASAN ......................................................................................................
1. Pengertian Sibernetika .................................................................................................
2. Pemikiran Sistemik.......................................................................................................
3. Ciri-ciri Teori Modern Dalam Bidang Organisasi Dalam
Manajemen.........................
BAB
III KESIMPULAN.......................................................................................................
Daftar
Pustaka.
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam sejarah
teori tentang organisasi dan manajemen, dapat kita lihat adanya berbagai macam
aliran. Pertama-tama, dapat kita jumpai adanya teori-teori klasik tentang
organisasi dan manajemen. Arus pemikiran historis kedua dinyatakan sebagai
aliran neo-klasik. Secara populer, teori neo-klasik seringkali dinamakan
sebagai gerakan hubungan antarmanusia.
Teori neo-klasik
disusun berdasarkan landasan teori klasik. Teori neo-klasik memodifikasi,
menambahkan dan kadang-kadang memperluas teori klasik. Asumsi dasar teori
neo-klasik adalah perlunya ditekankannya aspek-aspek psikologi dan social
pekerja sebagai seorang individu dan kelompok kerjanya.
Teori klasik
menekankan “manusia ekonomi” dan motivasinya sedangkan neo-klasik
mengintroduksi dua macam kesatuan baru analisis teoritis, yaitu: individu dan
kelompok kerja. Teori klasik, berpedoman pada perusahaan “total” atau
organisasi pekerjaan sebagai kesatuan-kesatuan analisis.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sibernetika
Pada awalnya pengertian sibernetika adalah suatu sains tentang
kamunikasi dan kontrol pada dunia hewan dan mesin, terakhir pengertian ini
dikembangkan menjadi sains tentang penggorganisasian yang efektif. Dalam
sibernetika dikembangkan suatu komunikasi (bahasa) dan teknik (kendali)
sehingga tidak saja mampu memecahkan masalah-masalah kontrol dan komunikasi
secara umum. Konsep sibernetika yang semula diterapkan pada sistem fisik, juga
relevan untuk memahami suatu kelompok sosial atau bahkan tingkah laku individu
sekalipun, tentunya dengan beberapa penyesuaian terhadap konsep/teori yang berlaku
pada tiap-tiap sistem nyatanya.[1]
Sibernetika Talcott Parson (Talcott Parson’s Cybernetics)
menyebutkan ada empat subsistem: budaya, sosial, politik, dan ekonomi yang
senantiasa melingkari kehidupan kemasyarakatan.
Dilihat dari arus energi, subsistem ekonomi
menempati kedudukan paling kuat, diikuti subsistem politik, baru kemudian
subsistem sosial (di mana hukum ada di dalamnya), dan diakhiri oleh subsistem
budaya. Di sisi lain, dilihat dari arus informasi (tata nilai), subsistem
budaya justru yang paling kaya, diikuti oleh subsistem sosial, subsistem
politik, dan berakhir pada subsistem ekonomi. Dalam gambar di bawah ini menunjukkan
bahwa antar seluruh sub sistem tersebut saling mempengaruhi dan saling
mendominasi.[2]
B. Pemikiran
Sistemik (Systems Thinking)
Peter
P. Schoderbek, et. al., dalam buku yang berjudul Management System menyajikan
pandangan-pandangan berikut tentang pemikiran sistemik atau pemikiran secara
sisitemik.
Sasaran
pokok pemikiran sistemik adalah untuk membalikan subdivisi ilmu pengetahuan
menjadi disiplin yang sangat terspesialisasi yang makin sempit melalui suatu
sintesis interdisipliner pengetahuan ilmiah yang berlaku. Melalui pembentukan
sebuah kerangka dasar teoretikal, dengan penerapan umum secara relatif, para
pemikir sistem telah secara efektif mengubah iklim intelektual. Mereka telah
menantang validasi dan penerapan umum pemikiran analitis seperti yang
dimanfaatkan dan disempurnakan oleh para ahli ilmu fisika. Berikut perbedaan
antara pemikiran analitis dan pemikiran secara sistemik.
1. Pilar-Pilar Metode Analitis
Metode analitis berlandaskan empat
macam pilar sebagai berikut:
Pilar-pilar
Metode Analitis
Pilar
1 : Diperhatikannya bagian eksternal atau bagian bagian fisik dari universum.
Pilar
2 : Ditiik beratkan dipembagian dan komposisi subsekuen dari fenomena-fenomena.
Pilar
3 : Di kuantivikasinya hubungan-hubungan kausa.
Pilar
4 : Presisi sebagai ideal akhir setiap ahli riset.
2. Pilar-pilar pemikiran sistemik
Dunia seorang pemikir sistem agak
berbeda di banding dengan dunia pemikir analitis. Caranya memandang universum
didasarkan 4 macam pilar pokok sebagai berikut.
|
Pilar-pilar
pemikiran sistemik
Pilar-pilar
pemikiran sistemik adalah sebagai berikut:
Pilar
1 : Organisme (Organicism); maksudnya falsafah,
menempatkan organisme pada pusat skema konseptual kita.
Pilar 2 :
Holisme (Holism); dalam hal memperhatikan fenomena-fenomena sebagai
organisme-organisme yang menunjukkan keteraturan, keterbukaan, pengaturan
diri-sendiri, dan teleologi dalam hubungan ini, orang memusatkan perhatian pada
keseluruhan dan bukan pada bagian-bagian (ciri khas metode analitis).
Pilar
3 : konstruksi model (modelling); orang tidak mengurai
keseluruhan dalam bagian-bagian arbiter, tetapi mengupayakan untuk memetakan
konsepsinya tentang fenomena-fenomena riil, atas fenomena-fenomena riil. Hal
tersebut mengabstraksi dari fenomena-fenomena riil, ciri-ciri yang bersifat
relefan, dan diabaikannya sifat fenomena-fenomena riil yang tidak diperlukan
guna menerangkan atau memprediksi prilaku sistem yang bersangkutan.
Pilar
4 : Pemahaman (Understanding); maksudnya memahami
pemikiran bahwa :
a.
Kehidupan pada
sistem organismik merupakan sebuah proses yang berkelanjutan.
b.
Bahwa orang
mencapai pengetahuan tentang keseluruhan, bukan dengan jalan observasi
bagian-bagiannya, tetapi dengan jalan mengobservasi proses-proses yang terjadi
di dalam keseluruhan.
c.
Bahwa apa yang di
observasi bukanlah realitas, tatapi lebih merupakan konsepsi sang pengamat
tentang realitas.
Sehubungan dengan kendala-kendala seorang periset yang berorientasi pada
sistem, berupaya untuk mencapai pengetahuan secukupnya tentang keseluruhan, dan
bukan untuk mencapai pengetahuan akurat tentangnya.
Hal
terakhir merupakan sebuah ideal yang tidak pernah di harapkannya akan dicapai.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa ada hal-hal yang melebihi perbedaan
antara pemikiran analitis dan pemikiran sistemik daripada sekedar pergeseran
dalam titik berat. Pemikiran sistemik merupakan
suatu cara yang lebih berarti untuk mempelajari dan mendeekati studi tentang
fenomena-fenomena kompleks. Pemikiran sistemik merupakan suplemen bagi
pemikiran analitis, dan ia sama sekali tidak menggantikannya. Oleh karena itu
para pemikir sistem menganggap lebih berarti untuk mempelajari proses-proses
yang “mengaitkan” bagian-bagian secara bersama, daripada melakukan tindakan
“menganalisis’ gaya’ micro” mereka.
Pandangan sistem dicirikan oleh dua macam gerakan independen secara kasar
ditujukan pada pencapaian yujuan yang sama yakni :
-
Teori Sistem Umum
(General Systems Theory=GST) dan
-
Sibernetika
(Chybernetics)[3]
C.
Ciri
Teori Modern dalam bidang Organisasi dan Manajemen
Menurut Herbert G. Hicks, c. Ray Gullett, dalam buku mereka yang
berjudul Organizations: Theory and Behavior (1981), teori-teori modern tentang
organisasi dan manajemen memiliki ciri khas, yaitu sebagai berikut:
a.
Pandangan
Sistem
Teori modern memandang sebuah organisasi sebagai sebuah sistem yang
terdiri dari lima bagian dasar, yakni:
-
Masukan
(input);
-
Proses
(process);
-
Keluaran
(output);
-
Umpan
balik (feedback);
-
Lingkungan
(environment).
b.
Dinamis
Titik berat pada teori modern adalah
pada proses interaksi dinamis, yang terjadi di alam struktur suatu organisasi.
Hal tersebut berbeda sekali dengan pandangan klasik, yang lebih menekankan
struktur statis. Perlu diingat, bahwa teori dinamis modern, tidak menggantikan
struktur, ia hanya sekedar menambahkan penekanan atas proses interaksi yang
terjadi di dalam struktur.
c.
Multilevel
dan Multidimensional
Teori modern mempertimbangkan setiap
tingkatan sesuatu organisasi. Seorang teoretikus modern segera dapat meloncat dari tingkat
analisis yang satu ke tingkat analisis lain. Ia juga mengetahui bahwa
organisasi memiliki efek-efek sinergistik, jadi, variabel bagi suatu organisasi
mungkin berbeda sama sekali dibandingkan dengan variabel unit-unitnya yang
merupakan komponen. Teori modern mementingkan pula masalah suboptimasi.
Maksudnya adalah bahwa sebuah kesatuan yang berupaya untuk mencapai
sasaran-sasarannya, mungkin sekali tidak memberikan kontribusi maksimum kepada
organisasi lebih besar, sebagaimana bagian komponen. Teori modern mencari suatu
keseluruhan suatu keseluruhan yang terintegrasi dari organisasi setiap
tingkatan.
d.
Multimotivasi
Seperti halnya teori klasik, teori
modern mengakui bahwa sesuatu tindakan mungkin dimotivasi oleh aneka macam
keinginan. Secara lebih luas dapat dikatakan bahwa pada teori modern,
organisasi diasusi ada, karena para partisipan mereka mengekspektasi untuk
mencapai sasaran-sasaran tertentu, dengan bantuan organisasi tersebut. Akan
tetapi, teori modern tidak mengasumsi bahwa semua sasaran dapat dikembalikan
kepada sebuah sasaran tunggal, misalnya laba.
e.
Probabilistik
Teori klasik seperti ditunjukkan
oleh asas-asas manajemen bersifat pasti. Maksudnya adalah bahwa dengan jalan
mengikuti prinsip-prinsip manajemen, hal tersebut akan memperbaiki kinerja
keorganisasian. Akan tetapi, sebaliknya teori modern cenderung dinyatakan
dengan istilah “mungkin”, “pada umumnya’, dan “biasanya” karena teori modern
mengetahui adanya demikian banyak variabel sehingga hanya beberapa prenyataan
prediktif dapat dikemukakan dengan kepastian.
f.
Multidisipliner
Teori modern tentang organisasi dan
manajemen menggubakan konsep dan teknik dari berbagai bidang studi. Sumbangan
banyak diperoleh melalui sosiologi, teori administrasi, psikologi, ilmu
ekonomi, ekologi, operations research dan berbagai studi lainnya. Teori modern
berupaya untuk mencapai suatu sintesis
integratif tentang bagian-bagian penting pada semua bidang dalam mengembangkan
sebuah teori umum tentang organisasi dan manajemen.
g.
Deskriptif
Teori modern bersifat deskriptif,
teori tersebut berupaya untuk menerangkan ciri-ciri organisasi dan manajemen.
Teori-teori terdahulu sebagian bersifat normatif atau preskriptif (seperti
halnya juga prinsip manajemen tertentu). Para teoritikus modern cukup puas
untuk mencapai pemahaman tentang fenomena-fenomena keorganisasian dan
menyerahkan pilihan sasaran-sasaran dan metode-metode kepada individu.
h.
Multivariabel
Teori modern cenderung mengasumsi
bahwa suatu kejadian disebabkan oleh banyak faktor, yang interdependen dan
saling berkaitan satu sama lain. Orang memanfaatkan analisis matriks guna
menerangkan dan menganalisis interaksi-interaksi yang kompleks dan
interdependensi-interdependensi berbagai variabel.
i.
Adaptif
Agar organisasi dapat bertahan (tetap mempertahankan eksistensinya)
di dalam lingkungan yang mengelilinginya, organisasi yang bersangkutan harus
terus menerus mengadaptasi diri dengan tuntutan lingkungan yang terus menerus
berubah.[4]
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1.
Sibernetika
adalah suatu sains tentang kamunikasi dan kontrol pada dunia hewan dan mesin. Dalam
sibernetika dikembangkan suatu komunikasi (bahasa) dan teknik (kendali) sehingga
tidak saja mampu memecahkan masalah-masalah kontrol dan komunikasi secara umum.
2.
Pemikiran
sistemik merupakan suatu cara yang lebih berarti untuk mempelajari dan
mendekati studi tentang fenomena-fenomena kompleks.
3.
Teori-teori
modern tentang organisasi dan manajemen memiliki ciri khas, yaitu sebagai
berikut:
a.
Pandangan
Sistem,
b.
Dinamis,
c.
Multilevel
dan Multidimensional,
d.
Multimotivasi,
e.
Probabilistik,
f.
Multidisipliner,
g.
Deskriptif,
h.
Multivariable,
i.
Adaptif.
DAFTAR
PUSTAKA
1. Winardi, J. Pemikiran Sistemik dalam
Bidang Organisasi dan Manajemen. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta: 2005.
2.
Noerrahman,
Herman. Penerapan VSM pada pembangunan desa mandiri E3i. http://www.ppt2txt.com/r/4bd4bcb3/.
3.
Munfaat, Imran.
Talcott Parson’s Cybernetics dalam Hukum Ketenagakerjaan. http://bangim76.wordpress.com/2008/12/04/sibernetika-talcott-parson-dalam-hukum-ketenagakerjaan/.
[1] Herman Noerrahman, Penerapan VSM pada pembangunan
desa mandiri E3i, http://www.ppt2txt.com/r/4bd4bcb3/ . Jum’at, 23 September 2011, 14.23
[2]
Imran Munfaat,Talcott Parson’s Cybernetics dalam
Hukum Ketenagakerjaan, http://bangim76.wordpress.com/2008/12/04/sibernetika-talcott-parson-dalam-hukum-ketenagakerjaan/,
Jum’at, 23 September 2011, 13.36
[3] J. Winardi. Pemikiran Sistemik dalam Bidang Organisasi dan
Manajemen. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta: 2005. hlm. 20-22
[4] J. Winardi. Pemikiran Sistemik dalam Bidang Organisasi dan
Manajemen. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta: 2005. hlm. 190-193
Tidak ada komentar:
Posting Komentar