BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG MASALAH
Perpustaaan merupakan wadah atau tempat penyimpanan berbagai
macam bahan pustaka seperti buku-buku, kitab-kitab, koran, majalah, artikel,
dan lain sebagainya yang disediakan bagi siapapun yang membutuhkan bahan
bacaan. Terutama dalam kalangan pelajar dan mahasiswa sebagai generasi penerus
bangsa harus memiliki bahan bacaan sebagai acuan dalam kehidupan bermasyarakat
dan sebagainya.
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang mewadahi
para peserta didik untuk mendapatkan pendidikan dan pembelajaran secara khusus
dan umum, mengingat sekolah sebagai lembaga pendidikan memerlukan berbagai
macam sarana dan prasarana seperti gedung, kelas-kelas, lab, dan terutama
adalah perpustakaan sekolah.
Perpustakaan sangat penting diadakan diberbagai macam
sekolah, karena sekolah sangat berkaitan dengan perpustakaan sebagai bahan ajar
dan sumber bacaan para peserta didik dan pendidiknya pula. Mengingat
pentingnya perpustakaan bagi sekolah, diperlukan langkah strategis untuk
menyikapi kemajuan dunia pendidikan. Sekolah tanpa perpustakaan ibarat sayur
tanpa garam. Demikian pula halnya dengan berbagai jenis perpustakaan lainnya.
Apalagi jika melihat UUD 1945, seperti yang diamanatkan dalam pembukaan, dan
secara khusus mendukung program pendidikan nasional, yaitu mencerdaskan anak
bangsa.
Dalam rangka mencerdaskan anak bangsa, dibutuhkan kebiasaan
membaca bagi peserta didik terutama di sekolah. Untuk menumbuhkan minat baca,
yang ideal seharusnya dimulai dari masing-masing keluarga dan sekolah. Namun
kenyataannya, tidak semua keluarga dan sekolah memiliki perpustakaan. Biasanya
karena sekolah tidak memiliki tenaga pengelola perpustakaan, hal ini dapat
mengakibatkan proses belajar mengajar di sekolah tidak berlangsung dengan baik.
Ini berdampak anak didik hanya berpaku pada materi yang disampaikan guru, tanpa
bisa memperluas wacana dan mencari referensi tambahan.[1]
Bacaan yang kurang memikat dan minimnya sarana perpustakaan
sekolah menjadi faktor utama penyebab minat baca siswa rendah. Sementara itu,
sekolah tidak selalu mampu menumbuhkan kebiasaan membaca bagi para siswanya.
Dengan kondisi kualitas buku pelajaran yang memprihatinkan, padatnya kurikulum,
dan metode pembelajaran yang menekankan hafalan materi justru ‘membunuh’ minat
baca siswa.
Dalam peningkatan budaya membaca dan mengembangkan minat baca
siswa, perpustakaan sekolah harus menjalankan fungsi memproduksi, menjaga dan
menyalurkan nilai-nilai budaya membaca. Fungsi ini tentu sulit dicapai jika
perpustakaan dikelola lebih sebagai tempat penyimpanan buku memiliki pustakwan
yang tidak memposisikan diri sebagai fasilitator penciptaan nilai-nilai
keberaksaraan.pada kenyataannya, perpustakaan seringkali ditempatkan hanya
sebagai bagian (terkecil) atau hanya pendukung teknis dari institusi lain,
seperti yang terjadi di perpustakaan sekolah.
Untuk mengembangkan minat baca, kesenangan membaca, kebebasan
membaca, dan menciptakan budaya baca masyarakat. Selain harus dilakukan secara
terus menerus juga diperlukan ketersediaan bahan bacaan yang memadai jumlah
jenis dan mutunya. Serta kontinyuitasnya / kelangsungannya secara memadai.
Untuk menyediakan bahan bacaan yang cukup dan sesuai, bukan pekerjaan yang
sederhana. Sementara ini dilakukan secara bersama-sama antara pihak-pihak yang
berkompeten seperti pemerintah, perpustakaan, lembaga pendidikan, melalui
pengembangan dan penyebaran sumber informasi.
Dilihat dari fungsi pertama
perpustakaan sekolah adalah menjadi pusat layanan bahan-bahan pustaka bagi
siswa dan guru. Layanan kepada siswa dapat bermacam-macam, tergantung dari
tingkat usia dan pendidikan mereka. Namun, karena siswa pada tingkat pendidikan
dasar pada umumnya masih sangat perlu diberi banyak motivasi untuk senang
membaca, maka pemberian layanan yang berupa penyediaan berbagai bahan bacaan
yang merangsang minat baca mereka sangat diutamakan.[2]
Layanan perpustakaan merupakan salah satu kegiatan utama di setiap
perpustakaan. Bagian layanan berhubungan secara langsung dengan pemakai dan
sekaligus merupakan barometer keberhasilan
penyelenggaran perpustakaan. Oleh karena itu
dari meja layanan akan dikembangkan gambaran dan citra perpustakaan, sehingga seluruh kegiatan perpustakaan akan
diarahkan dan terfokus kepada bagaimana
memberikan layanan yang baik sebagaimana dikehendaki
oleh masyarakat pemakai.
Menurut Zulfikar Zen (2006:90) “Layanan yang baik adalah layanan
yang dapat memberikan rasa senang dan puas kepada pemakai”. Baik buruknya citra
perpustakaan juga ditentukan bagian ini. Oleh karena itu setiap perpustakaan selalu
berupaya penuh guna memuaskan pemakai perpustakaan tersebut.
Berbagai jenis sistem layanan di perpustakaan sekolah dapat
menjadi salah satu faktor yang membuat para siswa untuk tertarik mengunjungi
perpustakaan. Dengan berpedoman terhadap beberapa buku sebagai acuan dalam
penelitian, semakin menguatkan bahwa masih banyak jenis-jenis sistem layanan
yang disediakan di perpustakaan sekolah.[3]
Setiap
perpustakaan memiliki jenis layanan tersendiri yang telah direncanakan ketika
pembangunan perpustakaan sekolah. Jenis layanan tersebut meliputi peminjaman
berbagai macam buku baik yang berbentuk fiksi maupun non fiksi serta pelayanan
lainnya yang mendukung kebutuhan siswa di sekolah.
Di Perpustakaan SMK YMJ Ciputat, berdasarkan pengamatan yang
telah diteliti sebelumnya, bahwa perpustakaan SMK YMJ memiliki koleksi buku sebanyak
281 dan jumlah anggota sebanyak 235 yang terdiri dari 190 siswa dan 45 tenaga
pendidik dengan intensitas kunjung dan membaca koleksi perpustakaan yang masih
minimum yaitu rata-rata pada saat waktu istirahat sekolah yang berlangsung
selama 15 menit.
Alasan memilih tema tentang pelayanan perpustakaan dalam
meningkatkan minat baca siswa adalah karena sedikitnya buku koleksi
perpustakaan SMK YMJ Ciputat yang berarti belum memenuhi standar jumlah koleksi
perpustakaan sekolah yaitu memiliki koleksi minimal 1.000 judul.
B.
IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan
latar belakang yang telah diuraikan pada bagian sebelumnya, maka dapat
didefinisikan masalah yang ada di perpustakaan sekolah antara lain :
1. Kurangnya persediaan di perpustakaan
untuk menambah wawasan siswa-siswi di sekolah.
2. Kurang adanya pengadaan acara di
perpustakaan untuk meningkatkan baca siswa.
3. Minimnya pelayanan prima yang tersedia
di perpustakaan sekolah.
4. Sedikitnya siswa yang mengunjungi
perpustakaan sekolah.
5. Kurangnya kepedulian pustakawan dalam
mengelola perpustakaan sekolah.
6. Minimnya program pengembangan
perpustakaan.
C.
PEMBATASAN MASALAH
Dari
identifikasi masalah diatas, maka diberikan pembatasan masalah agar penelitian
dapat terfokus dan tidak meluas.
Adapun
pembatasan masalah pada penelitian ini adalah “Pelayanan Prima pada
perpustakaan sekolah dalam rangka mengembangkan minat baca siswa”
D.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar
belakang dan pembatasan masalah tersebut, dapat diambil rumusan masalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana pelayanan prima yang ada di
perpustakaan SMK YMJ?
2. Bagaimana kegiatan yang dilaksanakan
oleh perpustakaan SMK YMJ dalam rangka meningkatkan minat baca siswa?
3. Seberapa besar ketersediaan koleksi buku
di perpustakaan SMK YMJ Ciputat?
E.
TUJUAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN
Adapun tujuan
diadakannya penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui keadaan pelayanan
perpustakaan SMK YMJ.
2. Untuk mengetahui seberapa besar
siswa-siswi yang mengunjungi perpustakaan sekolah.
3. Untuk mengetahui ketersediaan koleksi
buku di perpustakaan SMK YMJ Ciputat.
4. Untuk mengetahui seberapa besar
partisipasi pengelola dalam melakukan pelayanan perpustakaan di SMK YMJ
Ciputat.
F.
MANFAAT PENELITIAN
1.
Bagi Pustakawan
a. Sebagai masukan dalam upaya meningkatkan
kualitas koleksi perpustakaan khususnya bahan pustaka.
b. Sebagai masukan dalam upaya menumbuhkan
minat baca siswa.
c. Sebagai masukan dalam upaya meningkatkan
pelayanan prima di perpustakaan SMK YMJ Ciputat.
2.
Bagi Akademisi
Sebagai
bahan rujukan atau bahan pertimbangan bagi peneliti lain dalam melakukan
penelitian yang sama atau sejenis atau yang berkaitan dengan pelayanan
perpustakaan.
3.
Bagi Peneliti
a. Dengan adanya penelitian ini diharapkan
dapat menambah wawasan, pengalaman, dan pengetahuan peneliti.
b. Sebagai wahana pengayaan dalam
pengembangan ilmu pengetahuan.
BAB II
KAJIAN TEORITIK
A.
Layanan Perpustakaan
1.
Pengertian Perpustakaan
Perpustakaan
berasal dari kata pustaka,,yang
berarti buku. Setelah mendapat awalan per dan akhiran an menjadi perpustakaan,
yang berarti kitab, kitab primbon atau kumpulan buku-buku, yang kemudian
disebut koleksi bahan pustaka.[4]
Kata
perpustakaan umumnya mempunyai dua pengertian, yang pertama menunjuk kepada
sejumlah koleksi buku dan yang kedua menunjuk kepada lokasi tersimpannya
buku-buku tersebut.[5]
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, pustaka artinya kitab, buku (Depdikbud : 1980).
Dalam bahasa Inggris dikenal dengan library.
Istilah ini berasal dari kata librer
atau libri, yang artinya buku
(Sulistyo Basuki : 1991, 3).[6]
Menurut
UU Perpustakaan pada Bab I pasal 1 menyatakan perpustakaan adalah institusi
yang mengumpulkan pengetahuan tercetak dan terekam, mengelolanya dengan cara
khusus guna memenuhi kebutuhan intelektualitas para penggunanya melalui beragam
cara interaksi pegetahuan.[7]
Perpustakaan
adalah sebuah ruangan, sebuah gedung
atau bagian dari gedung yang digunakan untuk menyimpan buku serta terbitan dan
bahan pustaka lainnya menurut tata susunan tertentu untuk kepentingan pembaca
dan bukan untuk diperjualbelikan.[8]
Dari
penjelasan berbagai pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa perpustakaan
adalah sebuah gedung yang digunakan untuk menyimpan koleksi-koleksi baik yang
tercetak (buku) maupun yang tidak tercetak (terekam) serta terbitan dan bahan
pustaka lainnya guna memenuhi kebutuhan intelektualitas bagi para penggunanya.
Batasan
lain yang dikutip oleh Sulistyo Basuki yang dirumuskan oleh IFLA (International Federation of Library
Associations and Institution), perpustakaan adalah kumpulan bahan tercetak
dan non tercetak dan/atau sumber informasi dalam komputer yang disusun secara
sistematis untuk kepentingan pemakai.
Menurut
Unesco (International Bureau of Education) mengemukakan definisi perpustakaan
sekolah sebagai berikut[9] :
Full and unified range
of carefully selected printed and audio-visual materials, organized and indexed
by subject for sufficient retrieval and use, together with effective advisory
and distribution services and the essential equipment needed to instruction,
and simulate and assist both group study and individualized learning and self-instruction.
(Kumpulan
koleksi dengan ragam yang luas yang menyatu dari bahan-bahan tercetak dan bahan
pandang dengar yang diseleksi dengan penuh hati-hati, diorganisasi dan diindeks
menurut subjek agar dapat dengan mudah ditemukan kembali dan digunakan, bersama
dengan penyediaan layanan konsultasi, dan distribusi, penyediaan peralatan
pokok yang dibutuhkan dalam proses belajar-mengajar, merangsang dan membantu
belajar kelompok, belajar perorangan dan belajar mandiri).
Menurut
Dady P. Rahmananta, dari sekitar 200 ribu sekolah di Indonesia,95 persennya
atau belum memiliki perpustakaan, (Koran Tempo, 03 Juli 2003). Perpustakaan
sekolah berada pada lingkungan sekolah, penanggung jawabnya adalah kepala
sekolah, sedangkan pengelolaannya adalah guru-guru dan pegawai yang ditugaskan.
Dalam Undang-Undang No 43 Tahun 2007 Tentang
Perpustakaan Pasal 23 di jelaskan dengan lengkap tentang Perpustakaan Sekolah
sebagai berikut[10]:
a) Setiap sekolah/madrasah menyelenggarakan perpustakaan
yang memenuhi standar nasional perpustakaan dengan memperhatikan Standar
Nasional Pendidikan.
b) Perpustakaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
memiliki koleksi buku teks pelajaran yang ditetapkan sebagai buku teks wajib
pada satuan pendidikan yang bersangkutan dalam jumlah yang mencukupi untuk
melayani semua peserta didik dan pendidik.
c) Perpustakaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mengembangkan koleksi lain yang mendukung pelaksanaan kurikulum pendidikan.
d) Perpustakaan sekolah/madrasah melayani peserta didik
pendidikan kesetaraan yang dilaksanakan di lingkungan satuan pendidikan yang
bersangkutan.
e) Perpustakaan sekolah/madrasah mengembangkan layanan
perpustakaan berbasis teknologi informasi dan komunikasi.
f) Sekolah/madrasah mengalokasikan dana paling sedikit 5%
dari anggaran belanja operasional sekolah/madrasah atau belanja barang di luar
belanja pegawai dan belanja modal untuk pengembangan perpustakaan.
Definisi yang mengisyaratkan bahwa
perpustakaan memiliki spesifikasi tersendiri mengenai fungsi dan peranannya.
Ini dapat dilihat dari pengertiannya yang memiliki beberapa poin penting yang
perlu digaris bawahi, yaitu [11]:
·
Perpustakaan
sebagai suatu unit kerja.
·
Perpustakaan
sebagai tempat pengumpul, penyimpan, dan pemelihara berbagai koleksi bahan
pustaka.
·
Bahan
pustaka itu dikelola dan diatur secara sistematis dengan cara tertentu.
·
Bahan
pustaka digunakan oleh pemustaka secara kontinu.
·
Perpustakaan
sebagai sumber informasi.
Untuk menjalankan sebuah
perpustakaan, perpustakaan harus memenuhi persyaratan tertentu, yaitu :
a) Adanya kumpulan buku-buku dan bahan pustaka lainnya,
baik tercetak, terekam maupun dalam bentuk lain sesuai perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
b) Koleksi tersebut ditata menurut suatu sistem tertentu,
diolah / diproses meliputi registrasi dan identifikasi, klasifikasi,
katalogisasi, dan dilengkapi dengan perlengkapan koleksi, seperti slip buku,
kartu-kartu katalog, kantong buku dan lain sebagainya. Koleksi itu tidak
sekedar ditumpuk, sehingga terkesan seperti gudang buku.
c) Semua sumber informasi ditempatkan digedung atau
ruangan tersendiri, dan sebaliknya tidak disatukan dengan kantor atau kegiatan
yang lain.
d) Perpustakaan semestinya dikelola atau dijalankan oleh
petugas-petugas, dengan persyaratan tertentu yang melayani pemakai, dan
sebaik-baiknya.
e) Ada masyarakat pemakai perpustakaan tersebut, baik
untuk membaca, meminjam, meneliti, menggali, menimba, dan mengembangkan ilmu
pengetahuan yang diperoleh perpustakaan, sehingga perpustakaan sering disebut
sebagai gudang ilmu.
f) Perpustakaan merupakan istitusi yang perlu bermitra
dengan lembaga-lembaga yang berkaitan dengan proses penyelenggaraan pendidikan
secara langsung dan tidak langsung, baik formal maupun nonformal.
a.
Visi dan Misi Perpustakaan
1. Visi
Visi
adalah cara memandang tentang kondisi dan situasi masa depan. Visi juga dapat
diartikan sebagai gambaran keadaan yang lebih baik yang ingin dicapai dan
secara rasional dapat diwujudkan.[12]
Visi
perpustakaan sekolah dikaitkan dengan proses pembelajaran bagi peserta didik
untuk menciptakan lulusan dan tamatan yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berbudi luhur, berakhlak mulia, cerdas, menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi, sebagai aset dan negara.[13]
2. Misi
Misi merupakan
penjabaran dari visi. Visi adalah sesuatu yang filosofis, idealis, dan
realistis. Sementara misi merupakan pokok-pokok penjabaran kegiatan yang harus
dirumuskan agar lebih realistis dalampencapaiannya. Misi masing-masing
perpustakaan tentu berbeda, sebab visinya pun berbeda.
b.
Peran Perpustakaan
c.
Tugas Pokok dan Fungsi Perpustakaan Sekolah/Madrasah
Tugas
pokok perpustakaan sekolah tidak lain berkaitan erat dengan kedudukannya
sebagai salah satu sarana dan prasarana pembelajaran di sekolah yang harus
mendukung tugas sekolah secara keseluruhan. Sedangkan fungsi perpustakaan
madrasah tidak jauh berbeda dari fungsi perpustakaan secara umum.hanya saja
sebagai suatu perpustakaan di lingkungan pendidikan, maka fungsi perpustakaan
sekolah lebih berat bobotnya pada pendidikan, keilmuan, dan kebudayaan.[14]
Tugas
perpustakaan secara garis besar ada tiga (Sutanto NS : 2005, 61), yaitu :
a. Tugas menghimpun informasi, meliputi
kegiatan mencari, menyeleksi, mengisi perpustakaan dengan sumber informasi yang
memadai/lengkap baik dalam arti jumlah, jenis, maupun mutu yang disesuaikan
dengan kebijakan organisasi, ketersediaan dana, dan keinginan pemakaian
mutakhir.
b. Tugas mengelola, meliputi proses
pengolahan, penyusunan, penyimpanan, pengemasan agar tersusun rapi, mudah
ditelusuri kembali (temu balik informasi) dan diakses oleh pemakai, dan merawat
bahan pustaka. Pekerjaan pengolahan mencakup pemeliharaan atau perawatan agar
seluruh koleksi perpustakaan tetap dalam kondisi bersih, utuh, dan baik.
Sedangkan kegiatan mengelola dalam pengertian merawat adalah kegiatan yang
dilakukan dalam rangka preservasi dan konservasi untuk menjaga nilai-nilai
sejarah dan dokumentasi.
c. Tugas memberdayakan dan memberikan
layanan secara optimal. Perpustakaan, sebagai pusat informasi yang menyimpan
berbagai ilmu pengetahuan, memberikan layanan informasi yang ada untuk
diberdayakan kepada masyarakat pengguna, sehingga perpustakaan menjadi agen
perkembangan ilmu pengetahuan dan informasi, teknologi dan budaya masyarakat.
Termasuk dalam tugas ini adalah upaya promosi dan publikasi serta sosialisasi
agar masyarakat pengguna mengetahui dengan jelas apa yang ada dan dapat
dimanfaatkan dari perpustakaan.[15]
Perpustakaan sekolah
mempunyai empat fungsi umum, yaitu edukatif, informatif, kreasi dan riset atau
penelitian sederhana.[16]
a. Fungsi edukatif
Secara keseluruhan
segala fasilitas dan sarana yang ada pada perpustakaan sekolah, terutama
koleksi yang dikelolanya banyak membantu para siswa sekolah untuk belajar dan
memperoleh kemampuan dasar dalam mentransfer konsep-konsep pengetahuan.
Fungsi ini erat kaitannya
dengan pembentukan manusia pembangunan yang berkualitas di masa yang akan
datang.
Dilihat dari segi
pelaksanannya, semua anggota masyarakat yang berada di sekolah tempat
perpustakaan sekolah bersangkutan bernaung, mempunyai hak yang sama untuk
memanfaatkan segala fasilitas yang disediakan oleh perpustakaan sekolah.
b. Fungsi informatif
Fungsi ini berkaitan
dengan mengupayakan penyediaan koleksi perpustakaan yang bersifat “emberi tahu”
akan hal-hal yang berhubungan dengan kepentingan para siswa dan guru.
c. Fungsi rekreasi
Fungsi ini bukan yang
utama dalam pembangunan perpustakaan sekolah, namun fungsi ini merupakan
pelengkap guna memenuhi kebutuhan sebagian anggota masyarakat sekolah akan
hiburan intelektual.
d. Fungsi riset atau penelitian
Koleksi buku perpustakaan
sekolah bisa dijadikan bahan untuk membantu dilakukannya kegiatan penelitian
sederhana.
2.
Pengertian Layanan
Layanan atau to service,di sebuah perpustakaan
berbeda dengan layanan pada kegiatan kemasyarakatan yang lain. Seperti layanan
kesehatan, layanan
3.
Sistem Layanan Perpustakaan
Terdapat 3 sistem
layanan perpustakaan [17]:
a. Sistem Layanan Terbukan (open Acces)
Sistem layanan ini memberikan
kebebasan kepada pamakai untuk mencari dan menemukan bahan pustakan yang diperlukan
secara langsung. Tujuan sistem ini layanan terbuka adalah
memberikan kesempatan kepada pemakai untuk mendapatkan koleksi seluas-luasnya,
tidak hanya sekedar membaca-baca, tetapi mengetahui berbagai alternative dari
pilihan koleksi yang ada dirak, yang kira-kira dapat mendukung penelitiannya,
system layanan terbuka biasanya diterakpkan untuk layanan di perpustakaan umum,
perpustakaan sekolah, dan perpustakaan perguruan tinggi.
Kelebihan sistem layanan terbuka
adalah :
1)
Pemakai
dapat melakukan pengambilan sendiri bahan pustaka yang dikehendaki dari jajaran
koleksi.
2)
Pemakai
dilatih untuk dapat dipercaya dan diberi tanggung jawab terhadap terpeliharanya
koleksi yang dimiliki perpustakaan.
3)
Pemakai akan
merasa lebih puas karena ada kemudahan dalam menemukan bahan pustaka dan
alternative lain jika yang dicari tidak ditemukan.
4)
Dalam sistem
ini tenaga perpustakaan yang bertugas untuk mengambil bahan pustaka tidak
diperlukan, sehingga bisa diberi tanggung jawab di bagian lain.
Kelemahan sistem layanan terbuka adalah :
1)
Ada
kemungkinan pengaturan buku di rak penempatakn (jajaran) menjadi kacau karena
ketika pengguna melakukan pencarian buku yang diinginkan, buku yang sudah
dicabut dari jajaran rak dikembalikan lagi oleh pemaai secara tidak tepat.
2)
Ada
kemungkinan buku yang hilang relative lebih besar bila dibandingkan dengan
sistem tertutup.
3)
Memerlukan
ruang yang lebih luas untuk jajaran koleksi agar pengguna lebih leluasa dalam
mencari koleksi perpustakaan.
4)
Membutuhkan
keamanan yang lebih baik agar kebebasan untuk mengambil sendiri bahan pustaka
dari jajaran koleksi tidak menimbulkan berbagai kerusakan bahan pustaka sepeti
kerobekan bahan pustaka bahkan peningkatan kehilangan bahan pustaka.
b. Sistem layanan tertutup (close acces)
Pada
sistem layanan koleksi tertutup, pemakai tidak boleh langsung mencari dan
mengambil bahan pustakan di rak, teteapi petugas perpustakaan yang akan
mencarikan dan mengambilnya di rak. Dengan menggunakan system ini petugas akan
lebih sibuk karena harus mencari bahan pustaka dirak, tertama pada jam-jam
sibuk pada saat banyak pemakai yang memerlukan bahan pustakan, oleh karena itu,
pemakai harus mencari nomor panggil bahan pustaka melalui catalog yang
disediakan.
Kelebihan
sistem layanan tertutup adalah :
1) Jajaran koleksi akan tetap terjaga
kerapiannya karena hanya petugas perpustakaan yang boleh masuk ke jajaran
koleksi.
2) Kemungkinan terjadinya kehilangan atau
kerobekan bahan pustaka dapat ditekankan karena pemakai tidak dapat melakukan
akses langsung ke jajaran koleksi.
3) Ruangan untuk koleksi tidak terlalu
luas, karena mobilitas petugas di jajaran koleksi relative rendah.
4) Untuk koleksi yang sangat rentan
terhadap kerusakan maka sistem ini sangat sesuai.
Kelemahan sistem
layanan tertutup adalah :
1) Dalam menemukan bahan pustaka pengguna
hanya dapat mengetahui ciri-ciri fisik bahan pustaka yaitu judul, pengarang,
ukuran buku, dan jumlah halaman
2) Judul buku tidak selalu menggambarkan
makna pembahasan buku, sehingga bisa saja judul yang telah dipilih, tetapi
bahan pustaka .tersebut yang dimaksud oleh pemakai perpustakaan.
3) Jika peminjam cukup banyak, dan petugas
perpustakaan relative terbatas, hal ini membutuhkan waktu dan tenaga yang cukup
banyak untuk memenuhi permintaan pemakai perpustakaan dan menyiapkan bahan
pustaka yang dibutuhkannya, sehingga pemakai harus menunggu lebih lama.
c. Sistem layanan campuran (mixed access)
Pada sistem
layanan campuran perpustakaan dapat menerpkan dua sistem pelayanan sekaligus,
yaitu layanan terbuka dan layanan tertutup. Perpustakaan yang menggunakan
sistem ini layanan campuran biasanya memberikan layanan secara tertutup untuk
kolsi skripsi, koleksi referens atau tesis, sendankan untuk koleksi lainya
menggunak sistem layanan tebuka.
Sistem layanan campuran ini biasanya
diterapkan di perpustakaan peruguruan tinggi dan perpustakaan sekolah.
4. Pembinaan
Layanan
Layanan perpustakaan merupakan salah satu kegiatan
utama di setiap perpustakaan. Layanan yang baik adalah yang dapat memberikan
rasa senang dan puas kepada pemakai. Bentuk rill layanan perpustakaan tersebut
adalah :
a)
Layanan yag
diberikan sesuai dengan kebutuhan / yang dikehendaki masyarakat pemakai.
b)
Berorientasi
kepada pemakai.
c)
Berlangsung
cepat waktu dan tepat sasaran.
d)
Berjalan
mudah dan sederhana.
e)
Murah dan
ekonomis.
f)
Menarik dan
menyenangkan, dan menimbulkan rasa simpati.
g)
Bervariatif
h)
Mengundang
rasa ingin kembali.
i)
Ramah tamah.
j)
Bersifat
informatif, membimbing, dan mengarahkan, tetapi tidak bersifat menggurui.
k)
Mengembangkan
hal-hal yang baru / inovatif.
l)
Mampu
berkompetisi dengan layanan di bidang yang lain.
m)
Mampu
menumbuhkan rasa percaya bagi pemakai dan bersifat mandiri.
5. Tujuan dan
Fungsi Layanan
Tujuan dan fungsi layanan
perpustakaan sekolah adalah menyajikan informasi guna kepentingan pelaksanaan
proses belajar mengajar dan rekreasi bagi siswa-siswi, dengan menggunakan
bahan pustaka yang ada di perpustakaan tersebut. Kegiatan layanan di
perpustakaan sekolah meliputi peminjaman buku-buku, melayani kebutuhan
pelajar dalam kelas, menyediakan sumber informasi bagi murid dan guru
serta tenaga administrasi sekolah, membimbing siswa untuk mahir dalam mencari
informasi secara mandiri.
Lasa Hs, Seorang kolomnis
Perpustakaan dan Pustakawan Universitas Gajah Mada Yogyakarta, membagi 5
(lima) fungsi perpustakaan sekolah adalah 1) Menunjang proses pendidikan;
2) Mengembangkan minat dan bakat siswa; 3) Mengembangkan minat baca guru dan
siswa; 4) Menjadi sumber informasi; 5) Memperoleh bahan rekreasi kultural.
Sedangkan dalam Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Nomor:
0103/O/1981, tanggal 11 Maret 1981, membagi beberapa fungsi perpustakaan
sekolah sebagai berikut:
a.
Sebagai
Pusat kegiatan belajar-mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan seperti
tercantum dalam kurikulum sekolah.
b.
Pusat
penelitian sederhana yang memungkinkan para siswa mengembangkan kreativitas dan
imajinasinya
c.
Pusat
membaca buku-buku yang bersifat rekreatif dan mengisi waktu luang (Buku-buku
hiburan).
6. Jenis-jenis
Layanan Perpustakaan Sekolah
a.
Layanan
Sirkulasi Bahan Pustaka
Kegiatan pada layanan sirkulasi merupakan ujung tombak
jasa perpustakaan, karena pada bagian sirkulasi pertama kali harus berhubungan
dengan masalah administrasi peminjaman bahan pustaka. Kegiatan peminjaman ini
sering dikenal dengan istilah sirkulasi. Bagian sirkulasi berkaitan dengan
masalah peredaran koleksi koleksi yang dimiliki perpustakaan.
Menurut Darmono (2001: 141) layanan sirkulasi atau
layanan peminjaman dan pengembalian bahan pustaka adalah ”Satu kegiatan di
perpustakaan yang melayani peminjaman dan pengembalian buku.” Layanan
pengembalian dan peminjam bahan pustaka merupakan kegiatan yang dilakukan
hampir semua perpustakaan.
Tujuan layanan sirkulasi adalah memperlancar dan
mempermudah proses peminjaman bahan pustaka untuk dibawa pulang oleh pengguna.
Pekerjaan pada bagian layanan sirkulasi dibagi menjadi 7 (tujuh) jenis yaitu :
pendaftaran peminjaman, prosedur peminjaman, pemungutan denda, pengawasan
buku-buku tandon (buku yang dipesan), administrasi peminjaman, statistik
peminjaman, dan pinjam antar perpustakaan.
b.
Bimbingan
Membaca
Bimbingan membaca merupakan bimbingan, petunjuk atau
panduan serta contoh-contoh kepada pengguna jasa perpustakaan tentang cara-cara
membaca yang baik, cepat, dan benar dengan menggunakan koleksi dan peralatan
perpustakaan.
Tujuan bimbingan pembaca adalah menemukan buku yang
cocok bagi pembaca untuk kepentingan pendidikan, pengembangan diri, hiburan,
dan lain sebagainya.
c.
Program
Layanan Informasi
1)
Jam
perpustakaan (Library Hour)
Program ini cocok untuk perpustakaan sekolah, yaitu dengan cara melibatkan
siswa dalam kegiatan penyelidikan tentang berbagai jenis subjek yang
berhubungan dengan kurikulum sekolah. Semua kegiatan tersebut harus dilakukan
di perpustakaan sekolah. Program ini dapat dilakukan setiap minggu dengan cara
bergiliran untuk tiap bidang studi. Dan seiring dengan program “Hari Buku”
setiap hari Sabtu berkelanjutan pada era tahun 1980-an.
2)
Jam Bercerita ( Story Hour )
Program ini merupakan kegiatan layanan untuk anak-anak, baik diperpustakaan
umum maupun di perpustakaan sekolah. Layanan ini bermaksud memperkenalkan buku
atau bahan bacaan lainnya yang ada di perpustakaan melalui cerita. Sumber
cerita diambil dari buku yang ada di perpustakaan. Kegiatan ini dapat dilakukan
secara rutin tiap minggu dan cerita yang diambil harus bervariasi.
3)
Layanan Audio Visual
Layanan ini menyediakan sarana pandang dengar atau bahan khusus yang sering
disebut juga bahan non buku (non books material)). Kehadiran koleksi ini untuk
memperkaya bahan pustaka dan memungkinkan perpustakaan memberikan layanan yang
lebih beragam kepada pengguna perpustakaan sekolah. Koleksi ini menyajikan
materi berupa rekaman suara, gambar hidup dan rekaman video, CD, DVD, bahan
grafika (foto dan slide), bahan kartografi, mikro form, (mikro film, dan mikro
fich) dan Sarana televisi dan DVD Player lainnya.
4)
Layanan Internet (Warintek)
Berdasarkan kemajuan teknologi komunikasi dan teknologi informasi yang
begitu cepat perkembangannya dan ledakan informasi
yang mengglobal sehingga sulit dibendung, maka peran dan
kehadiran layanan internet dan warintek di sekolah-sekolah sangat
dibutuhkansebagai sarana penelusuran informasi cepat dan interaktif. Sehubungan
dengan itu dengan diterapkannya Kurikulum Berbasis Kompetensi yang memuat mata
pelajaran Teknologi Kumunikasi dan Informasi mulai kelas VII sampai dengan
kelas IX. Mata pelajaran ini memerlukan kegiatan aplikasi materi yang
diperoleh siswa-siswa dalam kelas maka tentu harus di praktikkan lansung dan
memerlukan latihan di laboratorium atau di ruangan audio vosual perpustakaan.
5)
Layanan Silang Layan
Perpustakaan yang satu memberikan jasa referens atas pertanyaan yang
berasal dari perpustakaan yang lain. Pinjam antar perpustakaan berarti
perpustakaan yang satu meminjam bahan pustaka yang tidak dimiliki ke
perpustakaan lain yang memilki bahan pustaka yang diperlukan pengguna. Sistem
dan cara seperti ini dapat dilakukan dengan bekerjasama Perpustakaan Keliling,
Mobil Pintar, Taman Bacaan lainnya yang ada di wilayah masing-masing.
6)
Layanan Terpusat Perpustakaan Sekolah
Perpustakaan yang dikelola oleh beberapa sekolah yang berada dalam satu
lingkungansekolah yang tidak terlalu berjauhan lokasi antar sekolah yang satu
dengan sekolah yang lain. Dengan demikian perpustakan tersebut diharapkan dapat
melayani semua jenis sekolah yang berlokasi di sekitar perpustakaan. Jadi
hanya ada satu perpustakaan untuk melayani beberapa sekolah.
B. MINAT BACA
1. Pengertian
Minat Baca
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(Depdiknas, 2001:
744), kata minat memiliki arti kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu, gairah, keinginan. Jadi harus ada sesuatu yang ditimbulkan,
baik dari dalam dirinya maupun dari luar untuk menyukai sesuatu. Hal ini menjadi
sebuah landasan penting untuk mencapai keberhasilan sesuatu karena dengan adanya minat, seseorang menjadi termotivasi
tertarik untuk
melakukan sesuatu.[18]
Minat ditandai dengan rasa suka dan terkait pada suatu hal atau aktivitas tanpa
ada yang
menyuruh. Artinya, harus ada kerelaan dari seseorang untuk melakukan sesuatu yang disukai. Dengan demikian, timbulnya minat terjadi karena adanya penerimaan akan suatu hubungan
antara diri sendiri
dengan sesuatu diluar dirinya. Semakin
kuat atau
semakin
besar hubungan tersebut maka semakin dekat minat seseorang.
Menurut Hurlock (Hermanto Blogs, 2011), mengartikan minat sebagai sumber motivasi yang akan mengarahkan seseorang pada apa
yang akan mereka lakukan bila diberi kebebasan untuk memilihnya. Bila mereka melihat sesuatu itu mempunyai
arti bagi dirinya, maka mereka
akan tertarik terhadap sesuatu itu yang pada akhirnya nanti
akan menimbulkan kepuasan bagi dirinya.
2.
Faktor yang Mempengaruhi Minat
Sujanto (1986)
mengatakan bahwa minat dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
a.
Pengetahuan, yaitu untuk mengetahui pada diri seseorang maka sangat
diperlukan adanya pengetahuan atau informasi tentang kegiatan atau objek yang
diminatinya.
b.
Pengamatan, adalah proses mengenal dunia luar dengan menggunakan indera.
c.
Tanggapan, yaitu gambaran pengamatan yang ditinggal dikesadaran sesudah
mengamati.
d.
Persepsi, yaitu menyangkut masuknya pesan atau informasi kedalam otak
manusia.
e.
Sikap, adalah kesadaran diri manusia yang menggerakkan untuk bertindak
menyertai manusia dalam menanggapi objek.
Secara sederhana
membaca dapat didefinisikan sebagai “proses mengambil makna dari bahasa tulis”.
Membaca merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa, yakni mendengarkan,
berbicara, membaca, dan menulis.[19]
Menurut Farida Rahim (2008: 28), minat baca adalah keinginan yang kuat
disertai usaha-usaha
seseorang untuk
membaca.
Seseorang
yang mempunyai minat membaca yang kuat akan diwujudkan dalam
kesediaannya untuk mendapat bahan bacaan dan kemudian membacanya atas kesadarannya sendiri.
Menurut
seorang periset Amerika Jeanne S. Chall dalam Stages Of Reading Development
membaca, sesuai tingkat usia dan pengalaman pendidikannya, digolongkan dalam
enam tingkatan ideal, yakni :
1.
Tingkat 0 : Pre-reading dan pseudo-reading, 6 tahun ke bawah.
2.
Tingkat 1 : membaca awal dan decoding, 6-7 tahun.
3.
Tingkat 2 : konfirmasi dan kelancaran, 7-8 tahun.
4.
Tingkat 3 : membaca untuk belajar, 9-14 tahun.
5.
Tingkat 4 : kerumitan dan kompleksitas, 14-17 tahun.
6.
Tingkat 5 : konstruksi dan rekonstruksi, 18 tahun ke atas.
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
TIPE PENELITIAN
Penelitian ini bersifat deskriptif,
yaitu untuk memperoleh deskripsi data mengenai bagaimana pelayanan perpustakaan
di SMK YMJ Ciputat.
Penelitian deskriptif merupakan suatu
penelitian yang diupayakan untuk mengamati permasalahan secara sistematis dan
akurat mengenai fakta dan sifat objek tertentu. Penelitian deskriptif ditujukan
untuk memaparkan dan menggambarkan fakta-fakta berdasarkan carapandang atau
kerangka berpikir tertentu.[20]
Ada beberapa alasan menggunakan metode
deskriptif. Salah satu diantaranya adalah behwa metode ini telah digunakan
secara luas dan dapat meliputi lebih banyak segi dibanding dengan metode-metode
lain. Kemudian metode ini banyak memberikan sumbangan kepada ilmu pengetahuan
melalui pemberian informasi keadaan mutakhir, dan dapat membantu dalam
mengidentifikasi faktor-faktor yang berguna untuk pelaksanaan percobaan.
Selanjutnya, metode ini dapat digunakan dalam menggambarkan keadaan-keadaan
yang mungkin terdapat dalam situasi tertentu (Sevilla, 1993 : 72-73).
B.
PENELITIAN KUALITATIF
Penelitian kualitatif merupakan suatu
pendekatan dalam melakukan penelitian yang berorientasi pada fenomena atau
gejala yang bersifat alami. Karena orientasinya demikian, sifatnya mendasar dan
naturalistis atau bersifat kealamian, serta tidak bisa dilakukan di
laboratorium, melainkan di lapangan.[21]
Penelitian kualitatif yakni proses
penelitian yang bertujuan memahami suatu masalah kemanusiaan atau
kemasyarakatan, yang didasarkan pada penyusunan suatu gambaran yang kompleks
dan holistik menurut pandangan yang rinci dari para informan, serta yang
dilaksanakan di tengah setting alamiah (Creswell, 1994).
Peneliti kualitatif percaya
bahwa kebenaran adalah dinamis dan dapat ditemukan hanya melalui penelaahan
terhadap orang-orang melalui interaksinya dengan situasi sosial mereka (Danim,
2002)[22].
C.
SUBJEK DAN OBJEK PENELITIAN
Subjek pada penelitian ini adalah
perpustakaan SMK YMJ Ciputat dan objek yang diambil hanya bagian pengelola
perpustakaan saja serta melakukan pengamatan terhadap siswa siswi SMK YMJ
Ciputat yang melakukan kunjungan perpustakaan.
D.
WAKTU PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan selama 1 minggu
mulai dari tanggal 2 Desember 2013 sampai 7 Desember 2013. Penulis memilih hari
Kamis dan Jum’at untuk melakukan wawancara terhadap pengelola perpustakaan
sekaligus melakukan observasi pengamatan kepada subjek yang diteliti. Alasan
memilih hari tersebut karena ketersediaan pengelola perpustakaan meluangkan
waktu untuk melakukan wawancara, karena berlangsung dengan akan diadakannya Ujian
Akhir Semester pada sekolah tersebut. Namun dalam pelaksanaan observasi
(pengamatan secara langsung) dilakukan mulai dari sebelum hari kamis dan bahkan
peneliti ikut terjun langsung melakukan kegiatan pelayanan prima di
perpustakaan SMK YMJ Ciputat.
E.
METODE PENGUMPULAN DATA
Dalam suatu penelitian selalu terjadi
proses pengumpulan data. Proses pengumpulan data tersebut dapat dilakukan
dengan teknik-teknik tertentu. Pengumpulan data merupakan langkah yang paling
penting dalam suatu penelitian, karena pengumpulan data merupakan proses
pengadaan data primer untuk keperluan penelitian yang bersangkutan.
Permasalahan dalam penelitian akan memberikan arah dan mempengaruhi metode yang
akan diambil dalam pengumpulan data.
Merode pengumpulan data yang digunakan
oleh penulis adalah :
1.
Observasi
Observasi adalah suatu
cara pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap suatu
obyek dalam suatu periode tertentu dan mengadakan pencatatan secara sistematis
tentang hal-hal tertentu yang diamati. Banyaknya periode observasi yang perlu
dilakukan dan panjangnya waktu pada setiap periode observasi tergantung kepada
jenis data yang dikumpulkan. Apabila observasi itu akan
dilakukan pada sejumlah orang, dan hasil observasi itu akan
digunakan untuk mengadakan perbandingan antar orang-orang tersebut, maka
hendaknya observasi terhadap masing-masing orang dilakukan
dalam situasi yang relatif sama.[23]
Dalam
pengertian yang luas observasi juga meliputi pengamatan yang dilakukan secara
tidak langsung dimana pengamatan itu juga menggunakan alat-alat penolong baik
yang sudah dipersiapkan sebelumnya maupun yang diadakan khusus untuk keperluan
terebut.
Dalam
penelitian sosial atau penelitian pelaksanaan / terapan, observasi bertujuan
untuk melihat, merasakan dan mengerti sifat yang luas mengenai unsur-unsur yang
signifikan dalam gejala-gejala sosial, organisasi, administrasi, kebijakan yang
kompleks, pola-pola kebudayaan dan tabiat manusia.[24]
Terdapat
tiga jenis observasi antara lain : observasi partisipan, observasi sistimatis,
dan observasi eksperimental. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan
observasi partisipan, karena disini peneliti meneliti tentang pelayanan
perpustakaan dalam meningkatkan minat baca siswa, dimana siswa siswi itu
merupakan suatu kelompok-kelompok sosial dalam skala besar.
2.
Wawancara
Secara
umum yang dimaksud wawancara adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang
dilaksanakan dengan tanya jawab secara lisan, sepihak, berhadapan muka dan
dengan arah tujuan yang telah ditentukan. Ada dua jenis wawancara yang dapat
dilakukan dalam kaitannya dengan pengumpulan data penelitian yaitu :
a. Wawancara terpimpin (guided interview)
yang juga dikenal dengan sebutan wawancara berstruktur atau wawancara
sistematis.
b. Wawancara tidak terpimpin (un-guided
interview) yang dikenal dengan istilah wawancara sederhana atau wawancara
bebas.
Wawancara
yang dilakukan pada penelitian ini adalah wawancara berstruktur, membuat daftar
pertanyaan dan menyakan sesuai dengan urutan daftar pertanyaan yang telah
dibuat. Wawancara dilakukan dengan pengelola perpustakaan SMK YMJ Ciputat. Hal
ini dilakukan untuk mengetahui respon pengelola tentang perpustakaan yang dikelolanya
yang kemudian akan diambil kesimpulan mengenai masalah yang diteliti.
Teknik
wawancara ini sengaja dipilih karena wawancara merupakan komunikasi secara
langsung dalam bentuk tanya jawab dalam hubungan tatap muka, sehingga gerak dan
mimik informan merupakan pola media yang melengkapi kata-kata secara verbal.
Keuntungan lain dari teknik pengumpulan data dengan menggunakan wawancara tidak
hanya menangkap pemahaman atau ide saja, akan tetapi juga dapat menangkap
perasaan, pengalaman, emosi, motif yang dimiliki responden yang bersangkutan.
F.
METODE PENGOLAHAN DATA
Setelah proses pengumpulan data
selesai, langkah yang akan dilakukan selanjutnya ada mengolah data yang telah
didapatkan. Pengolahan data ini merupakan aspekyang penting di dalam metode
ilmiah, karena dalam hal ini metode tersebut dapat memberikan makna yang
berguna dalam memecahkan masalah penelitian. Tahap-tahap yang dilakukan dalam
pengolahan data hasil penelitian yaitu :
1. Melakukan organisasi data agar tersusun
secara rapi dan sistematis.
2. Melakukan analisis awal untuk dapat
mensistematisasi data secara lengkap dan mendetail sehingga dapat memunculkan
gambaran tentang topik yang diteliti.
3. Menganalisis data dengan kepekaan
teoritis yang mengacu pada kemampuan untuk memperoleh pemahaman, memberi makna pada
data, dan memilah mana yang penting dan mana yang tidak serta pemahaman
konseptual tentang data.
4. Melakukan interpretasi.
[1] Visi Hernandono,
Strategi dan Pemikiran Perpustakaan, Sagung Seto, Jakarta : 2001, Hlm. 207
[2] Sulistia, Haroyono, dan
Adi Pranoto, Manajemen Perpustakaan Sekolah, Universitas Terbuka, Jakarta :
2002, Hlm. 9
[3] Dini, Kumiasari, Sistem Perpustakaan Sekolah, http://kolordwijo.wordpress.com/2009
[4] Sutarno NS., Manajemen
Perpustakaan suatu pendekatan praktis, Cetakan kedua, Sagung Seto, Jakarta :
2006, Hlm. 11
[5] Sulistia, Haroyono, dan
Adi Pranoto, Manajemen Perpustakaan Sekolah, Universitas Terbuka, Jakarta :
2002, Hlm. 3
[6] Suwarno. Wiji,
Dasar-dasar Ilmu Perpustakaan, Ar-Ruzz Media, Jakarta : 2007, Hlm. 11
[7] http://www.pemustaka.com/pengertian-tujuan-dan-peran-perpustakaan dikutip pada hari kamis
tanggal 28 November 2013 pukul 08.16 WIB
[8] Sudarnoto, Pengantar
Manajemen Perpustakaan Madrasah, Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah,
Jakarta : 2006, Hlm. 31
[9] Sudarnoto, Pengantar
Manajemen Perpustakaan Madrasah..., Hlm. 32
[10] http://duniaperpustakaan.com/blog/2013/09/09/perpustakaan-sekolah-pengertian-masalah-dan-solusinya/ dikutip pada hari kamis
tanggal 28 November 2013 pukul 08.20 WIB.
[11] Wiji Suwarno, Psikologi
Perpustakaan, CV Agung Seto, Jakarta : 2009, Hlm. 9
[12] Wiji Suwarno, Psikologi
Perpustakaan..., Hlm. 37-38
[13] Wiji Suwarno,
Dasar-dasar Ilmu Perpustakaan..., Hlm. 43
[14] Sudarnoto, Pengantar
Manajemen Perpustakaan Madrasah..., Hlm. 34
[15] Suwarno. Wiji,
Dasar-dasar Ilmu Perpustakaan... Hlm. 45-46
[16] Pawit M Yusuf & Yaya
Suhendar, Pedoman Penyelenggaraan
Perpustakaan Sekolah, Kencana, Jakarta : 2007, Hlm. 4-6
[17] http://basejame.wordpress.com/syestem-layanan-perpustakaan/ dikutip pada senin,
tanggal 9 Desember 2013 pukul 08.28
[18] https://www.google.com/#q=pengertian+minat+baca dikutip pada hari kamis
tanggal 28 November 2013 Pukul 08.51 WIB.
[19] Joko D Muktiono, Aku Cinta Buku, Menumbuhkan Minat baca
pada anak, Jakarta : PT Elex Media Komputindo, 2003, Hlm. 23
[20] Pupuh, Fathurrahman,
Metode Penelitian Pendidikan, Bandung : Pustaka Setia, 2011 hlm. 100
[21] Pupuh, Fathurrahman,
Metode Penelitian Pendidikan..., Hlm. 89
[22] http://belajarpsikologi.com/metode-penelitian-kualitatif/ dikutip pada hari sabtu,
tanggal 7 November 2013 pukul 22.53
[23] http://www.bloggerlombok.com/2011/11/metode-observasi.html dikutip pada hari senin,
9 Desember 2013 pukul 11.19 wib.
[24] Badan Penelitian dan
Pengembangan, Metode Penelitian Sosial
(Terapan dan kebijaksanaan), Departemen Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, 2000,
Hlm. 54
Tidak ada komentar:
Posting Komentar